Bubble Bernama PDIP
Setidaknya dua Gubernur, dan kebetulan, dari dua provinsi terkuat / termaksimal perolehan PDIP di Pilpres 2019, menolak Israel: Gubernur Ganjar Pranowo dan Gubernur Wayan Koster. Publik jangan lupa bahwa PDIP dibangun berdasarkan spirit Soekarno, yang anti penjajahan. Dibanding provinsi lain saat pilpres 2019, meski jelas Jokowi kalah di Sumatera Barat (*saya, minang, menyebutnya “kubu 87 vs kubu 13), tapi perolehan PDIP di Jawa Tengah dan Bali amat mencolok.
(lalu bagaimana Israel yang membantai Palestina? relax: China diplomat suka nyinyir kayak gini, bukan cuma Indonesia)
(demo hari minggu, 26 Maret 2023 di Tel Aviv, kira-kira jam 11.50 malam / 27 Maret 2023 di Jakarta jam 3.50 pagi—-orang-orang masih sahur bagi yang menjalankan Puasa Ramadan)
Jam 00.20 di Tel Aviv, atau anda masih sahur di WIB —- jam 4.20
Saya cuma mau bilang: andai Indonesia ga disibukkan PKI-Madiun 1948, sangat mungkin Soekarno kirim senjata langsung ke Palestina dan mencegah segala cara agar Israel tidak merdeka/didirikan pada 1948. Anda mungkin abai pada angka tahun, saya sulit. Soekarno secara resmi, atau ilegal, pernah mengirim senjata ke India, Mesir, dan Aljazair untuk (agar ketiganya lebih dipermudah melawan) melawan penjajah.
Saya bisa mengatakan seberani ini: ratusan ribu warga Israel akan senang-senang aja dan justru juga ingin Indonesia boikot negara mereka sendiri / menolak Israel bermain di Piala Dunia di Indonesia, sebagai bentuk / upaya lebih menekan (kebrutalan) Netanyahu. Sudah 12 pekan, Netanyahu didemo warganya sendiri karena berniat mengubah konstitusi dan sistem peradilan, dan selalu di angka 100k-700k jiwa. Total warga Israel tidak sampai 10 juta jiwa. Ada 255 pengusaha Yahudi - Amerika yang mau boikot Israel jika Netanyahu nekad meneruskan mimpi “overhaul judicial system.”
Tapi saya berusaha lebih fokus bukan ke Israel. Tapi PDIP.
Dalam 1,5 tahun, PDIP bergeming tidak mengeksploitasi keunggulan Ganjar dalam berbagai lembaga survei. Alih-alih, Ganjar berulang kali “dipanggang” di internal PDIP karena “sibuk copras-capres.” Bahkan Jokowi disebut-(kita bisa menyebutnya) direndahkan Megawati dengan “Jokowi bukan siapa-siapa kalau tidak ada PDIP” kata Megawati.
PDIP kini menjadi mesin yang sangat kuat, solid, meski tidak bisa dikatakan angkuh seperti Orde Baru. Mereka satu-satunya partai yang bisa memajukan kandidat capres tanpa koalisi. Dan soliditas instruksi “top down” PDIP sangat mirip (kini) setegak lurus militer. Megawati mungkin terlalu kuat, dominan, tapi dirinya memang sudah menjalani kehidupan mengerikan——bisa jadi hampir mati dibunuh Orde Baru.
Mereka (mungkin) bisa betul mencapreskan orang ga terkenal, bahkan bukan Puan Maharani pun misalnya, dan akan tetap menang Pilpres.
Saya tidak berusaha mengatakan PDIP angkuh. Tapi saya melihat “BUBBLE.”
PDIP bergeming bersikap karena prinsip moral dan prinsip koordinasi “KOMANDO” (yang) membuat PDIP tidak peduli cibiran. Tanpa tedeng aling-aling, Ganjar-Koster bilan “saya ga mau Israel.” Dan dalam hal capres, Megawati seolah “saya bodo amat capres-capresan, kepagian, selow aja.” Mungkin satu orang lainnya menyusul, saya duga: “Gibran Rakabuming” —- tapi entahlah, dia menahan diri, tidak sevulgar Ganjar-Koster dalam berucap “kami menolak Israel.”