December, Hyundai Atoz, Udan Mas
Saking banyaknya mobil di HI UGM (tuk/dimiliki {ortunya} mahasiswa), saya ga merasa minder kalau harus sering-sering ke FEB UGM, FK UGM atau FKG UGM. Saya lebih minder di HI UGM dibanding ke FEB/FK/FKG.
Sebagai (1) “verifikator / pengecek” hak beasiswa bagi mahasiswa di 18 Fakultas, dan (2) Kastrat BEM KM / BEM level pusat, saya memang harus keliling. Keliling cek papan beasiswa, keliling apakah si ini si itu si fulan sudah ambil beasiswa. Atau ikut mendengarkan diskusi BEM-BEM Fakultas, atau pengganti selevel BEM (Fisipol UGM bahkan ga punya BEM, meski sering kali mahasiswa FISIPOL jadi ketua BEM KM UGM *red)
Saya masih inget banget “skandal” anak-anak perempuan HI UGM entah kelahi, atau entah gontok-gontokan, atau jambak-jambakan jilbab satu sama lain, atau ga sengaja mabuk sama “bukan muhrim” di jok belakang, atau hal-hal “bebas” lainnya. Macem-macem ada aja ceritanya——sungguh lika-liku anak muda. Tapi setelah berusaha mengingat-ingat, saya ternyata memang …. ga pernah numpang mobil anak-anak HI.
Pernah, tapi justru saat di Jakarta. Studi Eskursi jelang (mulai ada yang) selesai skripsi. Saya lupa mobilnya apa…… entah Civic 2000 atau Lancer.
HI UGM dulu sekali masih kesepian. HI di Indonesia masih amat dikit. HI UGM (delegasi, tim-nya) amat sering mengunjungi berbagai kampus yang ada HI-nya. Mostly pakai mobil. Kecuali saya. Saya lebih suka pakai motor. Saya masih ingat betul hujan sepanjang Yogya-Solo untuk tiba ke HI Slamet Riyadi Solo, acara rutin mereka tiap sabtu siang (seingat saya di lantai 2—-saya bahkan dengan mudah memarkir di depan tulisan / plakat UNISRI). Saya lupa, tapi kayaknya ngobrol sampai Isya malahan dengan (warga) HI Slamet Riyadi (dan beberapa HI kampus-kampus Yogya-UPN dan UMY). Pulangnya? ya ga ke Yogya lah—- ke rumah keluarga besar, rumah (alm) nenek kakek di Solo.
Desember, seperti biasa (dulu sebelum covid) adalah bulan Makrab apapun kampusnya. Sebagian besar memilih Desember sih setau saya, bukan November. Lagi-lagi, tentu saja opsi “lagi dan lagi” bagi kampus-kampus Yogya adalah Kaliurang. Sangat jarang yang memakai (pantai) Parangtritis untuk Makrab. Pantai lebih ke ekspektasi liburan, bukan makrab. Saya selalu (1) pakai motor naik ke “atas” (kaliurang). Pernah juga naik di bak Truk, dan saya ingat betul penyetir nya: Dea Kurniawan Pradana. Sesama Pradana (hanya ada 2 di angkatan saya), sesama ketua kelas. Yang lain memakai mobil-mobil pribadi atau motor.
Saya melihat suatu berita beberapa waktu lalu. Mobil-mobil 2000an dinyatakan mati/tidak lagi dijual di dealer. Jazz, Panther sebagai contoh. Tapi saya cukup kaget: hyundai atos/ atoz tidak masuk dalam list itu. Atau mungkin Atos/Atoz sudah masuk list “tersingkir” sejak tahun-tahun lalu---mungkin.
Yang saya ingat, di tengah FISIPOL UGM, antara 2007-2010 tidak ada satu pun Hyundai Atoz selain satu kendaraan warna hitam. 2011 muncul satu, warna biru nanggung (biru agak kecampur ungu), seingat saya Dosen Sosiatri (diparkir rutin di lapangan sempit antara FISIPOL dan FH.
Harusnya saya menulis ini sejak 1,5 bulanan lalu—---sebelum kepentok ada acara nikahan keluarga besar. Terlampau sering berada di suatu apartemen yang dimana satu sisi blok saja ada 6 Tesla. Belum hitung alphard, lexus, rolls royce, subaru, dll. Dan belum hitung blok sisi Timur. Dan belum hitung di Tower lain dalam kompleks apartemen yang sama.
Suatu waktu ada yang memarkir “mobil mr bean”. Tau kan, mini cooper “morris” antiknya mr bean. Di apartemen tiba-tiba ada yang markir itu. Bukan Mini Cooper yang (lebih) mudaan seperti “Italian Job”, atau Mini Cooper yang jauh lebih muda lagi keluaran 2018 (biasanya warna merah marun). Lalu saya teringat mobil itu: (suatu) Hyundai Atoz. Tidak ada di parkiran apartemen terkait Atoz, apapun warnanya.
Lalu karena terpaksa “mengurus” hal-hal terkait perlengkapan klien via ACE Hardware, saya kembali melintasi parkiran lain: di suatu mall. Iseng menatap kesana kemari, dan tidak kunjung ada Hyundai Atoz terparkir, apapun warnanya.
Saya sebetulnya lupa kado di 2009 (Sweater kali ya—-karena Yogya mendadak jauh lebih dingin mulai Januari 2009, nabung dari selisih hadiah-biaya tuk kompetisi berbagai paper competition). Karena tidak mungkin yang 2010 (karena sudah memasuki KKN). Juga tidak mungkin 2007 karena masuk kuliah itu selalu Agustus.
Yang saya ingat kado di April 2008. Buku tentang Nicholas Sarkozy, nabung berbulan baru kemudian beli di Periplus Lower Ground Mal Malioboro. Saya menatap Atoz sampai sejam lebih di parkiran bawah tanah—-nunggu “orangnya” nerima kado. Artinya saya pulang setidaknya jam 1 malam lebih sekian. Tapi seingat saya, “dia” baru bangun jam 4an pagi. saya cuma naruh di meja teras terbuka.
Kenapa Sarkozy ya? Jadi 2007-2008, bahkan sekalipun saya (& dia) masih anak baru masuk kuliah, dan harusnya belum perlu banget pendalaman Eropa, berita-berita tentang Eropa sangat dominan. Mulai tentang Lisbon Treaty dan yang kemudian hasilnya perluasan anggota EU sampai jadi 27. Masalah Poznan (UNFCCC-pemanasan global itu lho). Dan sikap rasis Sarkozy ke imigran dan utamanya Muslim Perancis. Saya ingat betul cuma ada satu dijual di Periplus lower ground Mall Malioboro. Berbulan2 hanya satu—-untung belum kebeli duluan orang lain.
Tentang cara menyerahkan kado? Untungnya bangunan seberang kosan tau betul suatu (pengendara) Astrea 1994 memang sering ke suatu gang. “Gang Udan Mas”. Ada setidaknya satu dosen HI UGM tinggal 100an meter. “Gang” yang berdekatan dengan Hotel Ishiro. Hotel favorit ortu-ortu mahasiswa UGM. Entah saat mengantar anaknya tuk ikutan tes (artinya belum jadi mahasiswa). atau saat wisudaan.
Saya terbiasa mengantar buku entah kos siapa, kos ini, kos itu, sekujur area sekitar UGM. Termasuk di “Gang Udan Mas”. Jadi di bangunan kos seberang yang ada joglo-nya, meski ada mas-mas ronda, saya ga pernah “dicolek” ditanya aneh-aneh mencurigakan. Saya tidak pernah dianggap “pencuri” meski malam-malam jam 00.00 mengantar kado---nungguin sejam sampai jam 1 pagi lebih dikit.
Yang di Magelang saja saya pernah antar kado jam 00.00 (25 April). Atau di kosan (jati)nangor—-bahkan pernah rumah Poris Gaga jam 00.00, kenapa ngga antar kado yang di kosan deket kampus. Menyenangkan saya dianggap familiar dan tidak dianggap pencuri. (tapi tidak cukup pintar mencuri hati #azeeek ).
Iya saya pernah melihat sampai sejam-an Atoz di parkiran bawah tanah suatu kos. Nungguin, se-selo(w) itu. Dulu sekali, saat TAMPOL (Taman Fisipol) boleh tuk parkir mobil (entah memarkir di sisi dinding pembatas dekat kantor HI, atau di sisi taman, atau di sisi generator), kalau misal diskusi di meja kayu depan kantor jurusan, ataupun meja batu, saya juga sering melihat mobil-mobil, ya termasuk Hyundai Atoz. Saya ingat betul, saat perubahan besar-besaran tata letak parkir (motor, mobil) termasuk wajib pakai stiker, Hyundai Atoz warna hitam ini hampir pasti dipindah letak parkir di sisi utara Graha Sabha Pramana.
Baik mobil (entah Lancer atau Civic---saya lupa, yang saya sebut di awal-awal) maupun Atoz, pengemudinya sama. Perempuan. Dikenal (dari sejak kampus——-mungkin sampai sekarang) attire black-sleeveless.
I once really loved her, even in the early years of my career. In past. Long time ago.
Dan saat ini tulisan diakhiri, lagu yang tidak populer di spotify, “Masih Ada-2D”, sangat ga mungkin masuk “SPOTIFY WRAPPED”, berputar via Swaragama.
Kalau ga ada Lancer/Civic, saya ga sempat/ga mungkin kekejar presentasi “melawan” orang-orang S3. Aku gatau sengebut apa Ndari menyetir mobil dari BSD ke suatu titik (hotel, penginapan) deket halim, dan kemudian mengantar aku.
Saya cukup sering menulis paper dan keluar biatya sendiri sebelum studi ekskursi. But, for first time debut “face to face” (Paper Competition) on Doctoral level, I get help from Ndari. Will forever be indebted (to Ndari).
Makasih banyak, Ndari.
Bisa dikatakan, bahkan saat Studi Ekskursi, dan dengan rumor yang sudah terlanjur kuat, (mungkin) kamu tau betul / pernah tahu bahwa aku berhubungan dengan HI kampus lain. “dua wajah HI nasional” saat itu —- konon, karena saling adu kepintaran. Aku juga tau betul kamu masih menyayangi laki-laki lain (hingga saat itu). No one tried to pass “a line of fire “—-setidaknya sampai Studi Ekskursi.
The time has changed. Minimal 2013 an. Bahkan ditengah kapak kebencian permusuhan yang kamu (menggerakkan) ratusan orang menggebuk aku hampir satu dekade setelah 2013, aku masih sayang dan mencintai kamu setulus dan seutuh mungkin nyatanya.
(rephrase and edited several typos, and this song really aired in radio)