He said, she said
Kabarnya 7/7, 7 Juli ini, 1,500an polisi area Jombang menjemput satu orang pelaku pemerkosaan (terbukti—-diakui korban, dan korban sudah divisum). Kabarnya, dari pagi (argumen: diitung jam 7 pagi), sampai per jam 5 sore WIT, penjemputan gagal. Konon, yang menghadang, “kaum santri” di suatu pesantren asal si pelaku, melakukan segala cara. Saya mau pakai populasi Jombang, bukan populasi pesantren tersebut: 1,22 juta - 1,23 juta jiwa.
He said, she said. Anggaplah secara taklid buta, keseluruhan pesantren membela pemerkosa, apa kemudian 1,2 jutaan jiwa Jombang membela? Sebegitu sulitkan, sampai seribuan polisi pun, berjam-jam masih gagal tangkap satu pemerkosa.
(sepotong capture dari berlembar-lembar spreadsheet)
Tapi hal-hal yang salah dan pembelaan (membabi)buta selalu terjadi. Rumit-ruginya, pihak yang benar jarang sekali dibela semasif itu.
Dosen yang dibela mahasiswanya padahal jelas-jelas memperkosa. Seniman yang memperkosa atau merenggut kebahagiaan keluarga biasa-biasa saja karena berselingkuh, dan tetap diberi ruang di berbagai sanggar dan atau ruang seni dan atau usaha bisnis seni apapun, mau segila apapun pemerkosaannya dan atau sefantastis apapun perselingkuhannya. Yang paling buruk:
kalau kejahatan dibela sebegitu fantastis, artinya kejahatan menjadi lumrah “ditengah populasi yang fantastis”
*pelaku pemerkosaan di Jombang menyerahkan diri di Surabaya, 2.55 WIT/00.55 WIB