Unpleasant Truths & Eksil
Unpleasant Truths:
Kasihan betul warga eksil 1965 yang puluhan tahun di Negeri Orang.
Dia, mereka jauh lebih terbiasa hidup di LN, Tentu Saja.
Terbiasa melihat amat mewahnya hidup anak2 pejabat korup (dari generasi ke generasi) dan bisa dengan gampang ke Eropa dan balik lagi ke NKRI. mereka ga bisa karena eksil.
Anak2 pejabat super kaya itu juga menikmati BPJS tanpa mau bayar sendiri RS. Mereka (eksil) ga pernah bisa menikmati skema kesehatan negaranya sendiri. Mostly eksil dulu ke Eropa karena disekolahin tuk isu2 kesehatan & infrastructure - engineer. Mereka gabisa menikmati BPJS. Sementara koruptor dan anak2 koruptor bisa.
Mungkin bukan saya yg paling marah atas anak2 koruptor di IG. Mungkin bukan anak2 pedalaman Papua dan Maluku misal, yang 2022 baru dapat akses internet (misal), & coba iseng pakai IG lihat kemewahan anak2 koruptor di LN tanpa rasa bersalah pamer, & iba "koq kita ga pernah dikasih ini itu sama Jakarta" (dengan logat racial-austronesia), mungkin.
Mungkin mereka yg eksil yang jauh lebih menderita dan marah: karena mereka sudah puluhan tahun di eropa, lebih sering melihat hedon anak2 pejabat, berbagai generasi.
Ku gatau ekspetasi seperti apa yang pingin diungkap Lola Amaria melalui film eksil ini. Tapi dari obrolan dengan yang paling / lebih intens ngobrol dengan eksil: kebencian mereka jauh lebih relung amat dalam dibanding saya. Mungkin.