Yogya, Pajak, Bea Cukai, dan Jelata Setempat yang (Butuh Banget) Nasi Gratis
Yang ingin sumbang nasi bungkus secara uang, silakan wasap koordinator nasi di Yogya: 083145569609 tuk konfirm donasi rekening BCA 8950366363 (STEFANUS EBEN HAEZER)
Apa Gege, teman amat baik aku, orang kedua yang nelpon aku (Kayaknya dia masih di Amsterdam—saat itu) saat aku dilukai pelacur, Gege yang bagi-bagi gratis tabung oksigen di Yogya, saat covid sedemikian parah di Yogya, tahu bahwa ada komunitas bagi-bagi Nasi (*YANG MASIH ADA) sampai sekarang di Yogya.
Apa Ganes (yang ultahnya bareng —ga ding, beda sehari) ga pernah lihat penggelapan bea cukai Yogya meski dia anak AP. Intan, teman SMP ku, lahir di hari pendidikan dan tanggal lahir kota Semarang, apa dia ga pernah lihat penggelapan cukai? Ngapain belajar susah-susah kalau gabisa menghentikan korupsi, batinku.
Gaes, Sis, Bea Cukai Yogya. Pejabat punya Cessna (No, bukan nama adik teman baikku lainnya, yang kebetulan punya adik beneran nama Cessna). Punya Mobil, Moge karena Bea Cukai Yogya. Bayangkan….. eselon elit bea cukai dari bandara lebih gede lagi.
Bea Cukai Yogya, punya harta superelit. Eks Kapolda Banten (termiskin di Jawa) dan Sumatera Barat (termiskin di Sumaera), jadi Kapolda terkaya sepanjang sejarah NKRI. Tapi masih ada gerakan nasi gratis.
Apa anak2 HI UGM dan Fisipol UGM secara lebih luas, yang ndakik-ndakik ngebela Wadas, tiba-tiba summer di Washington DC atau London, kepikiran biaya makan SATU KALI dirinya, itu biaya makan 20 HARI per satu orang yang ditolong gerakan nasi gratis?
Kalau warga Jabodetabek amaze mengapa liputan Metro TV, dari Kedoya, sangat lengkap masalah harta Pak RAT (no, bukan Tikus, meski….) di Yogya, seperti tertawa ibuku (kraena tahu betul kenapa bisa amat bagus liputannya) yang pasti aku juga akan bilang serupa: ya wajar, kantor Metro TV di Yogya di dekat situ. Saya berulang kali, bersama 30an warga PATBHE lainnya, berlomba TONTI (Peleton Inti) dan menghadap ke kantor Metro TV. Karena ya, kantor Metro TV cuma selempar batu dari kantor Walikota Yogya. Cuma beberapa ratus meter dari rumah RAT. Mungkin temen2 Metro TV juga ga nyangka kantor mereka deket dengan rumah RAT.
Saya sebetulnya sedikit bingung: Kenapa Pak RAT ini amat fetish Yogya. Sampai-sampai perumahan superelit di Sulawesi miliknya, dibangun hiasan Tugu Yogya. Adik saya (sih) yang kebetulan berteman dekat (di SMP termahal kelima se NKRI) salah satu keturunan Kasultanan Ngayogyakarta, pasti yakin kalau Pak RAT ini bukan keluarga Kraton. TAdik saya lulusan NTU Singapore. Temannya yang di SMP dimaksud, sama-sama Kelas Akselerasi. Anak Pak RAT kabarnya di PrasMul, cuma IPK 1. ya, 1 koma.
Tapi yang jadi misteri, karena lupa-lupa ingat.
Saya sering sekali belajar bermalam-malam bersama 5-7 orang lainnya di Rumah Alya, warga HI UGM lainnya. Saya pernah jadi orang terakhir “Al, ku pulang ya” dari rumah Alya, jam 2an pagi. Dan ya, rumah Pak RAT itu deket sama rumah Alya. Saya makanya merasa familiar “kayaknya ini rumah aku kenal”
Kalau 2007 udah sekaya itu (*kuliah saya tahun pertama), nyaris mustahil dia (Pak RAT) cuma 56 miliar. Mostly triliunan. Mungkin pengembangan harta ayah mertuanya yang Pangdam, dia kelola juga, sukses, dan lain-lain.
Ga, saya ga yakin cuma 56 miliar. lol. Kalau 2007 punya rumah semewah itu di Yogya, tetanggaan sama Alya, ga mungkin hartanya (cuma) 56 miliar.
Tapi lagi-lagi:
Pejabat Pajak (bahkan mungkin Kemenkeu terkaya) sepanjang sejarah Kemenkeu berorganisasi, dan Pejabat Bea Cukai dan mungkin terkaya kedua sepanjang sejarah Kemenkeu, punya harta di Yogya atau dari berbisnis di Yogya. Yogya. Dimana beberapa jam lalu ada mahasiswa nangis butuh nasi gratis.
Saya terbiasa puasa. Super melilit dan ga kenapa-kenapa. Saya berulang lupa sahur dan jam 8-11 pagi/siang-nya futsal bersama HI UGM, nyaris tanpa diganti. Tapi hati saya remuk, nangis bahwa sudah amat melandai covid, ternyata ada yang butuh banget nasi. Di Yogya. Harusnya kalau Gege baca ini, (setelahnya) sepanjang kamis dia bakal nangis kejer. Logikanya. Di Yogya, tempat dua pejabat terkaya Kemenkeu sepanjang sejarah berbisnis.
Sekali lagi, yang ingin sumbang nasi bungkus secara uang, silakan wasap koordinator nasi di Yogya: 083145569609 tuk konfirm donasi rekening BCA 8950366363 (STEFANUS EBEN HAEZER)