Extreme Poorest, Extreme Corrupt, Just One-Two Steps Before Riot 1998
saya terlalu vulgar dan harsh di tulisan ini, maafkeun jika kaget
Saat saya masih terlalu kecil, saya belum tahu seberapa besar ironi saat membaca suatu petikan kalimat di majalah intisari. Seingat saya (petikan kalimat ini) ada di biografi LKY (Lee Kuan Yew), dan kemudian majalah Intisari —— punya kebiasaan punya rubrik membahas ulang suatu buku di 30 halaman terakhir, pada suatu edisi Intisari membahas biografi LKY. Per saat kecil pertama kali membaca kalimat, setidaknya saya sudah tahu Brunei-Bolkiah amat kaya. Kira-kira begini:
“Lee Kuan-Yew terkaget saat melihat di Bandar Sri Begawan, suatu acara layatan keluarga Baginda Bolkiah (*sampai saat ini saya sulit menemukan acara siapa yag dimaksud meninggal diantara keluarga Bolkiah, sepertinya ini amat-amat minim media, tahun 90-an memang media belum semasif sekarang di ASEAN) dimana para elit Asia Tenggara hadir, LKY melihat Tutut amat gemerlap dengan perhiasan. Momen di Bandar Sri Begawan hanya beberapa pekan setelah Ibu Tien wafat, dan LKY kaget bahwa sepeninggal Bu Tien, anak-anak Pak Harto langsung dengan mewahnya memakai perhiasan.”
Kira-kira 2004, saya masih SMA, saya membaca potongan penelitian luar negeri (lupa lembaga risetnya apa) bahwa puncak krisis moneter Indonesia bukan semata terlihat dari harga 1 dollar amerika melambung ke Rp 16k-Rp 17k. Tapi saat PDB total Indonesia yang hanya sekitar 40 Miliar Dollar, 10 Miliar Dollar nya dikuasai Soeharto & Co, dalam hal ini “Co.” utamanya Salim. Saya ingat betul, TIME yang mempublikasikan, kalau Indoesia pernah dalam keadaan PDB, dimana 40% kekayaan Indoesia dikuasai Soeharto dan keluarga (tanpa Co. —- tanpa hitung Salim group dll).
Saat satu dinasti atau setidaknya tiga dinasti menguasai 30-40% keseluruhan angka GDP suatu negara, saya sadar 1998, riot, jarah, tak terelakkan. Jangan salah: Korsel juga krismon 1998. Per 2023 ini, konglomerasi Samsung makin memperbesar persentase ketergantungan warga Korsel kepada mereka, tapi Korsel lebih beruntung dibanding Indonesia karena pendapatan kapita Korsel 6 kali Indonesia. Mau melihat sedemikian masifnya korupsi (riil) di Korsel atas/efek amat bergantung dengan konglomerasi: hampir semua Presiden Korsel didakwa korupsi.
Kita tahu kemudian Salim dijarah. dan entah berapa ribu keluarga, mostly Tionghoa, tapi juga banyak non Tionghoa, dijarah. Berbagai mall dijarah, dan warga didalamnya terbakar hidup-hidup. Bahkan ironinya, ratusan penjarah sedang sibuk menjarah mall, tapi gelombang penjarah lainnya, di luar mall, membakar mall, sehingga penjarah yang tidak kunjung buru-buru keluar, terbakar di dalam mall.
Saya masih ingat betul, terima kasih ingatan masa kecil saya, saat ke Kraton Solo pasca kerusuhan Mei 1998, salah satu guide yang juga abdi dalem berkata begini:
“Saat 1998, kraton solo kira-kira terbakar sepertiganya, tapi untungnya sumbangan amat besar dari keluarga taipan seperti Salim dan lainnya, membuat kami di Kraton Solo bisa memperbaiki kerusakan.”
Balik ke LKY yang kaget, dalam perjalanan tahun demi tahun, apalagi saya HI, akhirnya saya bisa lebih memahami ironi “LKY - Soeharto - Bolkiah”: 3 penguasa absolut kekayaan negara masing-masing. Dinasti Lee masih berlanjut sampai detik ini dengan Lee Hsien Loong, belum tahu kapankah Lawrence Wong akan resmi menjadi PM Singapura. Lee, seluruh keluarganya, masih sebagai petinggi GIC dan Temasek. Bolkiah, tentu saja, di era 90an, kekayaan dirinya bolak-balik hanya ditandingi Bill Gates.
Saya merinding bahwa ——- salah satu mall yang dibakar saat 1998, hanya beberapa ratus meter dari kantor polisi dimana Ferdi Sambo bertugas ——- saya merujuk saat iseng membaca detik, menulis riwayat proses naik pangkatnya/jenjang karir Ferdi Sambo sejak 90-an, dimana antara 97-98, dia berdinas/mengepalai polres yang hanya selemparan batu dari mall yang dibakar. Anda bisa gugling sendiri.
Warga ga goblok, Ritz Carlton itu Hotel. Saya mendengar langsung bahwa Atut & Co sering ke Galeries Lafayette di Paris (bukan di Pacific Place SCBD) sebelum dipenjara. Banten adalah provinsi termiskin di Jawa, dan mungkin cuma nomor 26/27 secara kapita dibanding keseluruhan Indonesia. Saya masih ingat Bupati Meranti ngamuk ke Pusat (Jakarta) saat bagi hasil minyak bumi dianggap tidak adil, disaat di Riau, tidak sampai 500 km dari Meranti, anak pejabat, hidup lebih hedon dibanding Paris Hilton. Tapi jika anda googling “GUBERNUR RIAU KORUPSI”, anda akan mendapati hampi semua Gubernur Riau korupsi/bermasalah. Kasus swasta tapi menjadi kasus korupsi terbesar sepanjang masa di Indonesia, taksiran minimal 78 Triliun, juga terjadi di Riau.
Saking kaya minyak bumi, minyak sawit, tapi beberapa jalan di Riau cuma level offroad, anda bisa bayangkan korupsi sesinting apa di Riau.
Saya kadang bingung, bertahun-tahun, kenapa begitu banyak anak cantik atau anak cakep, sering sekali posting di IG (ratusan anak-anak orang kaya) dengan hidup ultra hedon tapi tidak pernah sama sekali posting si suami. Saya akhirnya tahu kenapa jawabannya, saat anak pejabat Riau tidak pernah posting ayahnya (*sebelum ketahuan ayahnya siapa, dan sebelum akhirnya IG nya dan tiktoknya dimatikan) ——mungkin agar si anka tidak ditelisik “ni anak hedon dari uang siapa sih” —- makanya ga pernah posting ayahnya.
Disaat kasus penganiayaan terhadap anak Banser yang melibatkan anak adopsi, saya terus bertanya-tanya: dari ratusan anak2 yang membuat saya bingung bertahun-tahun, cewek cowok, di Instagram (tapi bisa juga di TikTok —— saya menolak pakai TikTok), suka banget flexing kekayaan, mungkinkah 95% adalah anak adopsi?
Madura untungnya bukan provinsi terpisah dari Jawa meski jelas-jelas pulau terpisah. Tapi seorang kelahiran Madura, salah satu area (sampai kini) termiskin di Indonesia, kini Menkopolhukam, 3 hari lalu sampai berkata “korupsi di Indonesia itu sakin masifnya, kita bisa lihat langsung hanya dengan toleh kiri toleh kanan wajah kita. Andai tidak ada korupsi, tanpa kerja, tiap warga Indonesia bisa mendapat uang gratis 20 juta rupiah per bulan (Mahfud MD)”
Saya ingat betul petikan investigasi sebelum Menteri Agama Suryadharma Ali ditahan, adalah “sebelum ditangkap, SDA/Suryadharma Ali sempat, dengan berapa puluh alphard, pergi ke Madura”. Wow. 10+ tahun lalu, sebelum kejayaan “WARUNG-WARUNG MADURA” 2 tahun terakhir.
Saat warga urunan perbaiki jalanan berpasir di Riau, jalanan ala offroad atau jalanan ala rally Paris Dakar, disaat anak seorang Sekda pesta dengan gaun 600 juta rupiah di usia 17 tahun dan mungkin biaya acara pesta nya saja (tanpa biaya kostum) 700 juta, saya masih bersyukur menghela nafas: kemuakan mereka tidak sampai berujung menjarah ala 1998.
Saya takut betul sedemikian masif korupsi di NKRI, atau minimal, sedemikian jomplang antara suatu area, ada pejabat atau keluarga ultra hedon disaat jalanan warga berlumpur, hanya bom waktu penjarahan. Saya berusaha ingatkan baik-baik.
(Bordeaux, meski bukan Paris, tapi penanda kebencian pada Macron. 1,2 juta views dan masih bertambah)
Dan disaat Macron, Presiden Perancis, merasa malu memakai jam tangan 80 ribu euro saat live talkshow dan entah gimana dia bisa berpikir ide, sembari masih sambil ngomong/dihabisi di talk show atas kekacauan di Perancis, dirinya melepas jam tangan, dia masih punya urat malu: warga Perancis berdemo, bakar-bakar apapun, sampah dibiarkan tidak diangkut. Kalau dia (Macron) seutuh acara terlihat kamera pakai jam super mewah, bayangkan guilotin kepada dirinya dan istrinya seperti Raja Louis dan Marie Antoninette. Bahkan pemerintah Iran, berbulan lalu jadi sorotan karena demo berpekan-pekan, menyindir “makanya dengarkan demonstran” —- bayangkan Perancis disinidir Iran.
Dan disaat Macron masih malu, Sekda Riau, ga secakep Macron, bilang: “bukan, bukan, anak saya bukan pesta di Hotel Ritz Carlton, tapi di toko kue kebetulan bernama Ritz Carlton.”
Saya takut banget 1998 meledak, saya takut bom waktu sebentar lagi meledak di tengah masyarakat. Kemarahan warga.