Free Speech & Twitter
Sampai setidaknya nyaris sepekan lalu, saya masih di depan deretan toko bunga di Kemang. Biar lebih detail: dekat Hero Kemang dan Kantor Pos. Sekitar jam 8 malam. Saat yang sama, di Twitter, Elon Musk mengunggah dokumen US federal yang menjelaskan minat Elon Musk membeli Twitter.
Sekitar 48 menit lalu, via link resmi Presswire, Twitter menyatakan Elon Musk sudah resmi membeli Twitter sebesar 44 Miliar Dollar. Sedikit lebih mahal, karena sekitar 10 jam lalu nilai total saham yang diincar Elon sebesar 43 Miliar Dollar. Twitter resmi jadi perusahaan terbatas/tertutup.
Saya dulu punya akun sejak kuliah. Dirawat baik-baik dan dulu sempat 20k followers, dan sempat punya impresi satu twit mencapai 50k. Regular satu twit biasa. Tapi di Indonesia kebebasan berbicara dan berekspresi, dan membela benak suara hati, amat mahal. Ada yang digebuki dan ditelanjangi 11 April lalu. Ada kasus lain, yang dibacok FPI dari belakang, berdarah-darah, karena membela non Muslim. Ya Saya yang dibacok. Bahkan setelah saya tutup itu akun pun, dan pakai akun amat jelek impresi, kebebasan berbicara saya diganggu doxxing hewan-hewan pedofil+voyeur dari HI UGM dan HI UNPAD.
Saya baru saja mengemail ultah teman amat baik saya yang ultah 26 April. Artinya saya harus buka email lawas agar tahu email lawas teman saya dan HP nya. Dan menyadari (andai) akun Twitter lawas saya masih hidup, betapa banyaknya percakapan DM (bukan Twit, tapi DM) berkode/dengan notasi link bertulis nfswln sebagai notifikasi di email. Dan entah susunan kode lain. Dulu Twitter seru karena konsep retweet nya juga beda. Belum lagi gambar Paus kalau hang. Kayaknya #GombalHI yang mulai itu saya. Siapa yang ga mendengar affair HI UGM-HI UNPAD saat itu. Saat HI masih dikit banget.
Tapi saya merasa itu amat mahal----harus dilepas/hapus akun. Meski kenangannya ga bisa dilupa.
Setelah Twitter resmi dibeli Elon, Trump diwawancara FOX News dan memastikan dia ga akan balik ke Twitter.
Trump dulu ditantang akun kalau ga salah seorang Afro America. “Yu daftar aja ke partai daripada bacot doang”. Dan Trump beneran daftar ke GOP dan menang Pilpres.
Seorang ahli IT bernama Dave Smith juga menantang Elon, pada 2017, tuk beli Twitter. Dan beneran akhirnya Elon beli Twitter. Dave 5 jam lalu menyatakan menyesal pernah menantang Twitter. “beware what you’re wish”
Saya ga yakin akan beli Twitter kalau punya 44 Miliar Dollar. Mungkin saya akan memprivatisasi Bulan. #gakgituyhahey
Saya amat mencintai Substack karena simpel blog yang benar-benar menjunjung free speech. Semahal apapun, Free Speech itu harus dijamin. Meski debatable nya: akan menghadirkan sejauh mana kelayakan tiap2 orang mengoptimalkan Free Speech, atau sebetulnya menjalankan teror.
Tentu bouquet nya jadi dibikin dan dibeli saat di Kemang. Tapi ya ga bisa diantar untuk kado. Saya berusaha amat paham situasinya.