GombalSemampir bring me to get 20k views/post, but IRSA HI UGM still memorable
Saya tidak cukup yakin berapa banyak yang memakai atau click IRSA dulu sekali saat Merapi meletus dan kegiatan apapun di Yogya terganggu, termasuk hal-hal perkampusan. IRSA, dibikin antara Assed, saya, Dhimas Iman, Adit Julianto. Ide awalnya (seingat saya) bahkan bukan karena Merapi meletus, tapi murni anak-anak semester akhir mendelegasikan platform web yang bisa diklik kapanpun dan siapapun untuk unduh PDF, Powerpoint, jurnal dll yang lazim dalam pengajaran HI UGM.
Untuk siapapun yang dulu memakai IRSA, terima kasih banyak.
Di kampus manapun, saat masih amat familiar dengan flash disk skala 128 megabit - 1 gigabit, suka sekali terjadi kehilangan flashdisk. Entah ketinggalan di komputer bersama kampus ( *sepertinya “KOMPUTER BERSAMA” ini sudah makin jarang—tapi masih ada di zaman saya). Atau antrian yang lama untuk unduh file dari dosen, karena puluhan-ratusan mahasiswa antri unduh powerpoint – dan akhirnya kelupaan ambil flash disk saat antri file karena ditinggal ke kantin misalnya. Dulu sekali saya sering (mengalah) mengemail berbagai file, agar ada back up jikalau teman saya atau adik angkatan atau kakak angkatan kehilangan flash disk.
Sehingga, “keprihatinan” flashdisk (hilang) ini, dan niatan membuat jauh lebih sederhana mencari file kuliah di HI UGM, dibuatlah IRSA. Dan hanya beberapa bulan IRSA dibikin, meletuslah Merapi. Saya masih ingat betul, saat kami HI UGM 07 dijamu di Kedubes Jepang, seorang pemandu dan mid-rangking pegawai kedubes terharu, bahwa kami, yang benar-benar nyaris batal studi ekskusi, tetap berangkat ke Jakarta. Dan segala hal-hal stunning lainnya saat Studi Ekskursi.
11-12 tahunan kemudian, saya mendapati bahwa hanya dalam beberapa hari, SATU saja postingan Covid di substack saya bisa dibaca ribuan orang. Saya ga harus melihat berapa ratus ribu klik tuk postingan lainnya.
Adalah GombalSemampir, yang nama aslinya Eko. Pegawai Elit pertambangan ***************** yang menjadi subscriber pertama untuk Substack saya. “Santai aja, kuikutin tulisanmu”.
Saya mau memakai kata “ADI” tapi sudah dipakai orang. Saya mau pakai kata “INDONESIA”, juga sudah dipakai orang. Maka saya memakai kata PRADA. Jadi kalau perusahaan mode PRADA mau takeover domain substack saya, ya mbayar lah.
Saya cukup rumit kalau harus menjelaskan seberapa jauh efektivitas Substack. Saya juga punya tumblr. Saya juga punya MEDIUM. Saya juga (masih) punya Facebook yang sediakan notes yang sangat open dibaca. Tapi saya jatuh cinta sama Substack karena masih amat kecil tapi punya potensi amat besar, dan amat nyaman dipakai (*ASALKAN ga ada gangguan cyberattack dari Rusia yang saya alami—-lol).
Sebetulnya yang nyaris ditemukan, dibikin bersamaan dengan Substack adalah MuckRack. Tapi akhirnya MuckRack sepertinya kalah populer karena ada biaya berlangganan, meski punya fitur jauh lebih lengkap. MuckRack sepertinya (sempat) menjadi kesayangan wartawan karena “no censor”, bisa dimonetize, dll. Tapi ternyata berbagai wartawan internasional memilih Substack, bahkan pimpinan Freedom Of Press, Snowden, ex NSA analis, memakai Substack.
Sepertinya yang paling terkenal dalam penulis Substack adalah Kareem Abdul-Jabbar (disamping Snowden).
(*saya ga pernah nemu tulisan substack siapapun yang di-like sebanyak ini dan dikomen sampai mendekati 3k—-saking bagus banget cara Kareem menjelaskan, dan out of the box)
Saya ga kaget bahwa tulisan beliau (Kareem), yang selalu benar-benar “out of the box, benar2 beda banget dari pemikiran orang2–tapi sangat detail bagus banget” bisa direshare sampai jutaan kali. Atau bahkan jadi diskursus seamrik, ditayang di TV-TV nasional cuma demi / membahas Op-Ed nya dia.
Dia (Kareem) pernah memaki LeBron karena mengecilkan bahaya Covid, via Substack. Kareem juga mengkritik Will Smith (via substack) terkait Oscars, dan dia nangkep hal yang diluar dugaan: Kareem tahu betul nilai keluarga harus dilindungi. Kareem tau betul kekeluargaan ditengah Afro America, “sesama dari 0 lalu jadi bintang besar Hollywood”. Tapi ditengah sentimen BLM/Black Lives Matter, tamparan Will Smith ke Chris Rock cuma membenarkan stereotip bahwa warga Afro America itu brutal secara vulgar di depan publik, dan pantas ditangkapi polisi-polisi Amerika secara serampangan. Terbaru (April 9th waktu jam 2.10 pagi sahur Indonesia), Will Smith malah dibanned oleh panitia Oscar sampai 10 tahun kedepan. Cuma ngingetin bahwa Will Smith the best actor tuk Oscars tahun ini.
Nilai2 keluarga. Yang saya juga lindungi betul, dan saya beberapa kali bahas di substack tentang kebencian saya pada oknum2 pedofil, korup beberapa. Suka sekali komen2 aneh di substack saya. But okay. Sama seperti WIll Smith, orang2 jahat lintas HI, saya lawan koq demi nama Keluarga. whatever cost. Saya lebih suka merespon pertanyaan-pertanyaan di email dari orang MIT, Carnegie, The Intercept, dll, terkait proses live update atau op-ed saya di substack, dibanding merespon hewan-hewan. Kini saya membiarkan hewan2 itu di area komen, anda akan melihat satwa tersebut.
Substack masih “kecil” karena dengan sebegitu amat terkenal Kareem misalnya, dengan amat tingginya tingkat “re-share” tiap kali tulisan Kareem, ternyata Kareem baru dapat belasan ribu subscriber. Saya malah sudah ratusan—tapi apalah saya mah.
Saya memakai substack (awalnya) justru karena menjelaskan Covid. Saya ternyata mengalami kerumitan menjelaskan bahaya covid di IG stories. Juga anomali kayak gini: saya merasa jauh lebih aman saat bantu penolongan covid di RSDC disaat jelas-jelas saya comorbid, justru karena ada prosedur super ketat APD dll. Tapi saya jauh lebih ringkih di ruang terbuka karena publik +62 sangat maleeeesssssssss banget banget pakai masker.
Tapi amat tingginya belakangan klik, di nyaris berbagai postingan saya, mungkin justru karena beberapa warga netihen memahami lain tentang kata “PRADA” — kayaknya.
Saya bukannya tidak familiar dengan kata “PRAVDA”. Saya tahu betul istilah kantor berita Rusia itu sejak SD, saat semacam Lomba Cerdas Cermat yang saya jalani.
Kebetulan salah satu postingan substack saya bersifat live update Rusia - Ukraina. Saya berpikir mungkin postingan saya adalah terpanjang di dunia diantara semua substack, karena real time sejak February 24th sampai sekarang (setidaknya April 8th) memposting tiap-tiap momen Perang Ukraina - Rusia. Bahkan ada netihen yang meminta Substack menyediakan template ala Live Update CNN, the Guardian dll setelah melihat post saya. Tapi karena sudah terlanjur berjalan amat berhari2, rentan betul saya ganti link - url Dan mengulangi dari awal. Kira2 pada 2 April, Substack benar2 bikin set-up toolbar baru yang memang pro layout Live Update. Tapi karena ribet sudah terlanjur panjang, juga sering banget kena hack (dari Russia lol) , saya justru memilih sekalian tetap bertahan di url yang sama.
Karena saya kebetulan HI, saya berusaha betul memberikan konteks tambahan tiap momen tersebut, bukan semata “straight” memberitakan. Dan kecenderungan membela Ukraina.
(masih suka gangguan kayak gini—-tapi ya berjuang dari 0 kan ya Substack. Still okay. I’m deal with that, Substack)
Karena PRADA SUBSTACK membela Ukraina, saya sepertinya dianggap “alternative - competitor” atas PRAVDA nya Russia. Sehingga sedemikian tingginya view akumulatif—dan itu melebar ke (tingginya) view postingan lain yang belum tentu bahas Rusia - Ukraina.
Saya gatau bakal seberapa besar Substack kedepan, tapi karena sebegitu flat tampilannya dan amat nyaman diketik (diluar gangguan hack, yang saya sadari betul orang-orang Rusia “ngeganggu” karena live update saya), saya senang banget pakai Substack. Saya mendapati bahwa live update kantor berita lain bahkan pelan-pelan memakai penunjuk jam lintas negara — padahal awalnya tidak memakai, tuk postingan live update Ukraina - Rusia —- tanpa bermaksud GR bahwa saya sudah memulai memakai zona waktu berbeda sejak February 24th memulai live update. Atau GR orang CNN ngeliat Substack saya Dan akhirnya kepikiran menambahkan detail jam berbagai kota selain jam Kyiv. Saya sejak intern awal-awal banget harus tahu jam antara DPR (WIB) dan DC, sehingga saya berusaha terus-menerus hapal jam tiap kota dunia tanpa googling.
(sejak February 24th / perang dimulai, meski kalau tayangan live, pasti CNN ada jam penunjuk situasi DC/Atlanta/NYC/Kyiv, tapi di blog live update nya ga ada. Sampai ada tulisan kayak gini, 1 April. Mba Natasha ini dulunya bintang paling bersinar di POLITICO, tapi kini bintang di CNN)
Yang mengagumkan dari cara hitung Substack to view(s), karena saya mencoba pula memakai berbagai akun gmail: jika kita mendapat 15,000 views, itu bukan 15k clicks. Tapi 15k akun gmail/apple safari/mozilla/duckduckgo/Bing berbeda. Siapapun misalnya, fulan si N, pakai email “W”, mau klik sejuta kali, tetap diitung satu view di satu postingan.
Saya mendapati bahwa beberapa analis HI, guru besar HI di negara lain, pelan-pelan juga pakai / memulai bikin Substack setelah kejadian Ukraina - Rusia. Saya bersumpah tidak akan memungut bayaran atau bikin paywall, karena ngapain juga sih minta bayaran. Tapi hal-hal bayaran itu beda-beda konteks. Snowden substacknya ada opsi berbayar ada yang gak, tapi jelas bukan tuk kantung Snowden sendiri. Kareem pun juga. Karena Kareem punya yayasan. Saya belum menemukan atlet (apapun olahraganya) yang kegiatan aktivisme-nya sepanjang/sudah berpuluh tahun/semeluas Kareem. Masalahnya bagi saya: udah jelas nama kembar, juga terlanjur ada Fondazione Prada. Artinya saya mungkin harus bikin Prada Stiftung.
(Penyesalan terbesar saya —- diantara penyesalan lainnya, mungkin ga memaksakan diri ke Nyhavn ataupun ke Kobenhavn / Kopenhagen minta maaf ketemu kamu, mbak #MengSad #GakGitu )
Untuk ratusan subscriber bahkan sampai warga MIT pun, semua dimulai satu orang Depok. Yang sahur ini, saya memakai baju yang sama saat dulu sekali saya ada acara dengan “GombalSemampir”.
Untuk siapapun pemakai IRSA dan kini menikmati Substack Prada: terima kasih banyak. Saya ga yakin warga HI di Indonesia menulis di Substack tentang hal-hal HI seaktif saya——saya terbantu betul bisa menulis opini karena saya bikin sendiri live update. Hitung-hitung mengajari HI gratis via substack.
Juga terbantu menyembuhkan jantung dan otak saya dengan rajin-rajin nulis, pemulihan memorik sembari kerja.
Pir, Jadi kapan kita kerja bareng di kantor yang sama … lol
(Ya Allah—-gelap banget—-memang hitam putih kalau dibanding kulit nyokap gueeeee)
*si sedihhh, mengsaddd, nutup tulisan, radio pas sahur muter ginian. “… yes, you’re really know I'm not perfect and never ever perfect, mbak….. But you know who will exactly perfect to think, care, loving you”