Saya sudah tahu Softbank bersamaan dengan NTT docomo sejak 2002. Berita jelang World Cup 2002, semua layanan 3G di Jepang akan dilayani Softbank & NTT, sementara di Korsel oleh SK Telecom. Kita kedepannya lebih mengenal Softbank sebagai investor berbagai start up ---- saking meraksasanya Softbank.
Tapi tahukah bahwa dulu, ada anak HI UGM yang punya email Softbank? Dan malah selanjutnya orang tersebut bukannya terus-menerus kerja di Softbank dan atau Jepang, tapi justru ke institusi Korsel.
Saya gatau level dirinya kerja di Jepang saat itu sejauh apa. Tapi kalau saat pulang ke Indonesia dan memilih kerja di Kedubes Korsel sudah di level tinggi, artinya ya lumayan juga saat kerja di Jepang.
bahkan meski sudah di level yang amat tinggi pun selepas di Jepang, Maysa amat rendah hati memberi tumpangan rumah untuk saya. Padahal dia perempuan.
The Breeze belum kayak sekarang. Bahkan masih ada Belco, peralatan bangunan dll. Becek banget. Belum ada titik jemput Uber (saya yakin di apps gojek dan grab pun——dulu Saya Uber loyalist sampai terpaksa tutup bisnis, sayang banget). Ga ada hotel yang beneran deket The Breeze (baru ada dibangun, hotel baru kayaknya 2017). Saya diminta mengawasi pengembangan The Breeze, sekaligus suatu acara besar di dekat The Breeze.
Klien meminta saya harus tiba (selalu) jam 5.30 pagi di suatu titik meeting point. Bingung dong saya: Stasiun Palmerah (kosan awal saya) sepagi apapun lalu ke Stasiun Rawabuntu, pasti 6.37. Belum angkot/pesan Uber motor.
Saya bahkan lupa gimana Meng-convince Maysa. Tapi pokoknya secara ajaib Maysa menolong saya dengan cara memberikan kamar. Ya Allah baik banget Maysa.
Pertanyaan terbesar netihen: Prada bukannya tahu kalau ada orang Serpong satu lagi?
TAHU BANGET. Kan orangnya masih ber-Erasmus ria, kuliah dan belum pulkam. Saya jadinya minta tolong jauh-jauh hari ke Maysa.
Tapi..... ternyata saat hari tiba saya ditolong Maysa, ternyata "mba-mba BSD" itu pulkam ke BSD.
Tapi kita fokus dulu ke Maysa.
Bertahun setelah pertolongan tumpangan itu, kami ketemu lagi di suatu gedung. Sebetulnya saya tahu kalau Maysa di Kedubes Korsel tapi saya rikuh banget dong nyari2. maka saya sabar nunggu moment di suatu food court (*KALAU saya ga puasa). Maysa dan saya pernah nyaris 3 tahun bersebelahan ngantor. Dan beneran akhirnya ketemu, meski cuma sekali. Dia barengan pejabat Korsel saat itu, dan dia minta izin "nyusul" tuk balik ke Kedubes cuma karena "koq kebetulan ketemu Prada".ya kemudian setelah obrol2, saya antar ke dekat Kedubes.
Karena tidak terbiasa doxxing dan berbeda dengan kelakuan HI lintas kampus ke saya yang doxxing ria, saya gatau kemana lagi Maysa. "Kemana", karena ada satu lagi HI tapi HI Unair (Olivia) di Kedubes Korsel. Sekarang dia di Kedubes Amrik. Saya pernah ngobrol by email terkait kebijakan US Embassy dan nitip pertanyaan apakah dia tahu Maysa masih di Kedubes Korsel. Kata dia: udah pindah, dan Saya ga sampai cari2 info lebih lanjut tentang Maysa.
Maysa kelas A. Beda dengan Wulan, Desi, Danis yang B. Jadi interaksi saya dengan Maysa ga tinggi2 banget. Tapi saya tahu dia suka Jepang karena dia selalu ada di semua matkul Jepang di HI UGM.
Maysa mungkin...... cuma berenam (bersama Vitya, Imeh, Mita, Vita, Iris) yang ternyata kini berhijab meski dulunya ga berhijab. Sementara lucunya yang berhijab saat di HI, kini ada yang ga berhijab. Tentu saja perkelahian anak2 perempuan HI 07 masih kuinget betul, jambak2an di Mobil. Sungguh anak muda sekali. Bukan berenam diatas yang kelahi. Segment / grup-grupan perempuan HI07 lainnya.
Demi napak tilas kerjaan The Breeze, sabtu-minggu ini (selain ke tengah Jakarta) saya memutari dan mencoba berbagai rute angkot di sekitar Rawabuntu. Meraba2 dulu saat mengkoordinir hal2 di The Breeze, saya nginep di rumah Maysa itu ---- rumahnya dimana, tapi ga ketemu #mengsad #mengsedih
Fanny mungkin tahu, Dea juga tahu. Mungkin. Tapi bisa aja lupa detail nomor. Dea sekarang di Papua Nugini pun. Sungkan pun ngobrol sama Fanny kecuali kalau deket-deket 4 November. Dea lagi sibuk juga. Fanny tahu koq WA amat2 limited saya, misal ada yang “nyepu” tulisan ini dan Fanny lihat, dan “Gue tau Prad, masih apal gue jalannya kesana”.
Saya, Maysa, Fanny, Dea berfoto bersama --- Fanny dan Dea menembus hujan, cuma karena/cuma demi Saya yang ada/lagi deket BSD. ada satu lagi yang ga terduga (sudah tiba liburan ke Indonesia) : tapi dia kecapekan banget sehingga ga bisa nyusul. Ya gak demi saya juga sih: mumpung bisa reunian HI 07
Mungkin kalau situasinya berbeda saat itu: Wulan tiba di rumah Maysa, banyak banget perubahan linimasa takdir, kayak Interstellar gitu semacamnya. Meski belum tentu menyenangkan bagi Saya linimasa yang (seolah) berubah kalau-kalau Wulan tiba di rumah Maysa. Saya ga pernah menyesali apapun. Jabbariyah banget. trust the timing of your life. everything is going to align at the right time. Gue ga nyesel pernah tahu temennya Maysa.
Coba Wulan dateng ya, Maysa. Saat itu.
16 Mei 2022. Jam 1.16 WIB.
selamat ultah ya Maysa. Entah dimana pun kamu. Sehat dan tercurah amat banyak rezeki. Atas hal langka pertolongan "perempuan untuk lelaki" ke aku, makasih banyak banyak banget, Maysa.
Kado kapan tau (*atau bukan kado kayaknya---saya beli langsung dari Mall di malam terakhir Saya nginep, tapi malah jadinya dipakai adiknya Maysa) ga cukup membalas kebaikan "ditumpangi" karena proyek The Breeze itu amat krusial sebelum jadi worth Triliunan, lapak per meter persegi super Mahal dan Lengkap kek sekarang.
Happy Birthday, Maysa. Aku masih sayang banget sama “yang ga bisa nyusul foto barengan”. #jangansedih
*siapa pun yang tahu cara mengontak Maysa, bisa email ke pradamulia.work@gmail.com