Obituary: Mas Riza Noer Arfani
BERLIN 9.49am
Dear Mas Riza. Saya ga seberuntung Mas Riza yang bisa jadi Ketua Komahi [according to Mas Najib Azca yang ternyata seangkatan —- Mas Najib di Sosiologi], ya sama apesnya dengan Kevinder Singh— yang hampir jadi ‘foreign’ pertama yang jadi Komahi Head. Saya ga sepinter Mas Riza yang sampai kuliah di Syracuse — dengan joke Mas Riza sendiri [ini kampus] ‘YAHUDI BANGET, PALING YAHUDI.’ As warga HI UGM, sebelum momen joke terlontar, saya selalu mengira Yale adalah ‘paling Yahudi’ mengingat banyak banget politisi - background hukum dan literal lawyer Yahudi Amerika lulusan Yale. Saya tentu ingat kita berbagi Leo. Saya 2, Mas Riza 3 Agustus. Sebisa mungkin saya email tiap 3 karena saya sering hilang HP (hilang juga nomor hp) dan lebih gampang melakukan email.
3 GREATS AROUND 2008 - 2016, OBAMA - MERKEL - PUTIN
Sekalipun saya dipuji [saya lupa sebetulnya, Mas Yulius Purwadi Hermawan, pernah Kajur - Kepala Jurusan HI UNPAR, dan lulusan HI UGM, atau seorang dosen lebih tua lagi di UNPAR] saat saya mempresentasikan paper saya di UNPAR, dipuji ‘wah wah HI ternyata ada yang Pande Radja Silalahi wannabe — kebetulan ekonom Pak Pande memang lulusan FE UNPAR], saya ga sepinter Mas Riza. Saya, dan mungkin seluruh HI UGM yang masih hidup, bisa sepakat bahwa Mas Riza adalah ‘hasil paling sempurna’ pengajaran Pak Mochtar Mas’oed, yang selalu mengedepankan - meminta warga HI ‘belajar lebih mendalam’ ekopol.
Dulu sekali, setelah bayar sendiri berkompetisi paper di berbagai kampus dan bahkan kemenkeu, saya memberanikan meminta Mas Riza sebagai dosen pembimbing skripsi saya meski tertolak. Saya [awalnya] memilih karena [potensial] skripsi saya [berusaha in english] adalah hal-hal yang ekopol banget, sementara Pak Mas’oed makin jarang hadir di kampus. Opsi yang ‘ekonomi HI - ekopol’ banget cuma Mas Riza, sejauh itu. Mba Poppy belum pulang. Tapi terima kasih banyak telah menjadi dosen pembimbing KKN saya (KKN code "95", year 2010), Mas.
Saya akhirnya ‘berakhir’ dengan Bu Titik [Siti Mutiah Setiawati] tentang akses energi di dekat Gaza, yang 12 - 13 tahun kemudian, akses energi tersebut muncul dalam dialektika ditengah genosida Israel di Gaza. Menurut Al Jazeera beberapa menit lalu, 15,523 Gaza terbunuh di-bom Israel, tapi menurut EuroMed HR — NGO Eropa pemberi bantuan medis, per Jumat jam 1 pagi setempat [hampir 80 jam lalu] sudah 21,022 Gaza terbunuh. Jarak Jakarta - Gaza / Tel Aviv / Jerusalem adalah 5 jam beda waktu.
Apa yang terbagi oleh berbagai warga HI dalam 72 jam terakhir tentang Mas Riza, tentu saja [setidaknya] Mas Riza bukan ‘dosen kejar paket A’ meski sangat friendly — bahkan saya ga mau mengekploit potensi dongkrak IPK saat saya sendiri bisa saja terbantu dengan ‘dosen kejar paket A’ : [1] saya amat aktif membangun jaringan komunikasi [as hubex] dengan HI lain bahkan disaat saya belasan tahun diincar nyawa dan karirnya oleh ‘atasan hubex’ saya, [2] saya amat aktif di BEM UGM, cuma dua orang di angkatan saya yang mau berorganisasi pula di BEM, [3] saya aktif keliling kampus hanya untuk testing saya menulis paper, [4] saya aktif di LSG — yang kini jadi IIS, dimana ‘tenaga awal non dosen’ saat itu, yang paling aktif, cuma saya dan Mas Yanisa Yudha 05, dengan MULTIVERSA JOURNAL.
Meja Mas Riza di ujung belakang-deret tengah, saat jurusan kita, yang ‘nyumbang per tahun amat besar’, kantornya amat kecil. Berhadapan dengan seingat saya meja Mba Titik Firawati, dan membelakangi [kalau tidak salah] Pak Muhadi, dan sebelah kiri meja Mas Riza [seingat saya] Mas Awang [Rochdi Mohan Nazala]. Cara tergampang menemukan meja Mas Riza adalah di loker besi sebagai sandaran kubikal Mas Riza, ada foto Mas Riza dengan latar Syracuse. ‘Yang Yahudi banget itu’ kampusnya.
Entah saya ended up ‘mrs prada’ dengan seorang Yahudi Jermn atau malah keturunan Muhammad [tapi bukan keluarga Hashemite Jordan], atau siapapun itu, joke ‘kampus Yahudi banget’ membuat saya lebih intens belajar tentang Yahudi, bahkan tidak hanya karena pembimbing skripsi saya Bu Titik yang jelas-jelas ngerti banget dinamika Yahudi [selain almarhum Pak Samsu Rizal Panggabean — kebetulan secara administratif Dosen Pembimbing Akademik saya].
Joke Syracuse itu saya ingat muncul terlontar leyeh-leyeh pasca LSG [LABORATORIUM STUDI GLOBALISASI — nama pertama sebelum jadi IIS] merampungkan seminar.
Sepertinya Mas Riza terpacu karena LSG dan maka kemudian menjadikan hadirnya PSPD [Pusat Studi Perdagangan Dunia / CWTS Center for World Trade Studies]. Saya selalu berpikir, tanpa harus koneksi ‘Jokowi dan ekonom-ekonom UGM pro-Jokowi’, kapan ya Mas Riza jadi Dekan FEB, karena sepertinya sulit bagi HI UGM jadi Dekan FISIPOL [entah karena cukup lama Prof Mochtar & Pak Amal jadi dekan —- bahkan Pak Amal sempat rektor, atau karena kasus pemerkosaan-linkage dosen HI’
Tapi sebaris sedikit sekali dosen HI UGM paling bersegera menghukum kasus pemerkosaan ini, saat Mas Riza sendiri amat sibuk ber CWTS, Mas Riza memberi lilin kecil untuk korban. UGM [Universitas Gadjah Mada] fired him [Mas Eric] just 3 weeks ago.. Imagine. Rape case 9 - 10 years ago, he still [officially] listed about lecture in UGM, my campus. Your colleague, Mas Riza. One of the best campuses in ASEAN, at least 8th best ASEAN alongside ‘duo Singapore’ [Nanyang and National University of Singapore].
Mungkin dengan wafatnya Mas, dan dulu juga Pak Samsu (sangat....Marlboro banget), HI UGM berbenah lebih aktif mengecek kesehatan warganya. Mas Riza sangat suka Japanese food yang amat sehat-bergizi-berserat bahkan saat (dulu) masih amat sedikit Japanese resto di Jakal, tidak seperti sekarang. Pak Edi pernah juga sakit jantung. Bayangkan "yang tersehat, mungkin (/ minimal tersehat kedua setelah Pak Muhadi raja sepedaan HIUGM), wafat muda."
Rest in peace Mas. innalillahi
Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un ( إِنَّا ِلِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, ʾinnā li-llāhi wa-ʾinnā ʾilayhi rājiʿūna), "Indeed, we belong to Allah, and indeed, to Him we return.”
ADI MULIA PRADANA - 253701