Prambors Trendsetter, TikTok, dan Keramaian Dukuh Atas
Pada dasarnya, keramaian yang makin memuncak di Dukuh Atas hanya jadi bukti sederhana betapa koruptifnya kota-kabupaten di sekitar Jakarta. Kabupaten Bogor, Kota Bekasi cuma dua kasus minimal. Daerah penyangga Jakarta lainnya harusnya/logikanya juga masuk bui pejabatnya. Saking koruptif dan tololnya mengurus daerah —- disaat daerah tersebut jelas-jelas banyak sekali SDM pinter, dan kampus 500 besar dunia ada disana, daerah tersebut mengemis-ngemis minta disatukan jadi bagian 021 (Provinsi DKI) dan bukan lagi 022 (Provinsi Jawa Barat).
Tapi saya coba memutari dalam bercerita.
Sampai saat ini saya masih kesulitan memahami mengapa Pizza Hut tidak lagi menyewa area bangunan yang amat berdekatan dengan Tugu Yogya dan malah pindah ke area deket Gramedia Kotabaru Yogya. Saat saya kuliah, area Tugu Yogya dan sekitarnya termasuk Pizza Hut amat ramai mas-mbak bersepeda fixie, makan pizza dan atau jajan di circle K deket Tugu, dan minum2 alkohol ringan bernama MixMax.
Saya yakin harga bangunan (/ harga menyewa bangunan) di bangunan yang kini jadi Pizza Hut deket Gramedia Kotabaru jauh lebih mahal dibanding bangunan di pizza hut lama di deket Tugu. Bener-bener bingung kenapa Pizza Hut repot-repot menjauhi rizki. Saat kini resto apalah2 yang punya balkon di selatan Tugu jadi incaran selfi instagrammable. Tebak: bangunan pizza hut lama yang tak lagi disewa, sampai kini setahu saya tidak terpakai (*saya ga nge google).
Hal serupa terkait bangunan di sekitar MRT dukuh atas-terowongan-stasiun sudirman. Bangunannya di pojokan. Entah karena perebutan / perkelahian antara Wiranto dan Oesman Sapta Odang (*dan juga Hary Tanoe, sampai akhirnya HT bikin partai sendiri: PERINDO) di Hanura, bangunan di pojokan "tempat Bojonggede Kab. Bogor, Citayam Depok, Xmalang {Kalimalang} Bekasi, Kalideres, Duri, Cisauk-Parung Panjang-Tenjo-Rangkas" berkumpul di Dukuh Atas, kini jadi bangunan kosong. Dulu bahkan (saat Hanura masih ada Hary Tanoe) Hanura punya bangunan tambahan di Jalan Diponegoro dekat Kedubes Austria (*dan saat PERINDO didirikan, itu bangunan langsung dialihkan jadi salah satu unit kantor PERINDO). Benar, Hanura secara tidak langsung punya kantor di ICBC Tower karena OSO securities di gedung yang sama. Tapi Hanura kehilangan banget-banget kesempatan menjadi amat populer. Andai Hanura ga kelahi satu sama lain, mungkin Hanura lebih leluasa berkampanye tuk anak muda “Bojonggede, Citayam, Depok, Kalimalang dll" ——kini dikenal dengan SCBD, terlepas mereka akan milih Hanura gak nya. Minimal dicoba dulu. Tapi ya bangunan tersebut jadi bangunan kosong.
Sekitar Juli 2020. Sudah covid. 4 anak-anak sepantaran SMP, satu orang bawa papan skate/skateboard, menangis ditenangkan polisi. Mereka telat pulang, telat ambil kereta. Saat itu sudah jam 11an malam, tapi entah toleransi apa yang dilakukan (*saya tidak yakin pembangkangan aturan PSBB / PPKM), Alfamidi Menteng masih buka, dan saya beli hal-hal makanan dll sebelum jalan kaki pulang.
Saya ga sempat memfoto – takut polisinya lihat. Saat itu agak sensitif memfoto-foto, karena berbulan sebelumnya, seorang penghuni sekitaran Menteng, sempat heboh terkena kasus ITE dan ditangkap paksa di sekitaran JCo Menteng. Anda bisa mencari inisial RP – dia dibebaskan, tidak jadi ditahan.
Awal mula keramaian “anak-anak remaja tanggung” ini sebetulnya mengincar hal simpel: tempat skating. Awalnya terkonsentrasi di dua titik: (1) bawah tanah/terowongan antara KRL Sudirman-MRT Dukuh Atas, dan satu lagi (2) taman skating beneran, di dekat-dekat Menara/Wisma Indocement. Jika sempat viral berbagai “anak-anak” tidur bergelimpangan saat pagi-pagi sudah naik matahari, ya itu video anak-anak “The Citayams, The Kalimalangs, The Bojonggedes, The Tenjos, The Cisauks” tidur di Taman Skating, karena di dekat Taman Skating tidak ada kantor polisi. Di dekat Stasiun KRL ada. Tidur karena ga sempat mengejar kereta termalam untuk pulang, atau memang: karena kemiskinan koruptif di daerah2 asal mereka, daerah penyangga Jakarta, mereka ga mau pulang. Menggelandang aja kesana kemari untuk jam tidur, dan saat jam kerja, berkumpul lagi di (so called) hotspot “Catwalk” Dukuh Atas.
Karena jalan sekitar Wisma Indocement ditutup untuk pengembangan sarana yang bisa dikata cukup masif dibangun Pemprov Pusat/KemenPU: menyatukan halte dukuh atas (Busway), stasiun KRL Sudirman, stasiun LRT Sudirman, stasiun MRT Dukuh Atas, kantor tambahan MRT (dulu: Pasar Rumput), menjadi terkoneksi.
Lalu berbagai fotografer prewedding suka sekali bikin foto di zebracross yang kini dikenal “Catwalk” Citayam Fashion. Biasanya si pasangan prewedding ini menginap sangat mungkin (antara dua opsi) 2 hotel budget: satu hotel benar-benar deket zebracross Catwalk The Citayams. Satu hotel budget lagi dekat UOB. Atau kalau memang ga nginep, ya pokoknya sesigap sepraktis mungkin berangkat ke spot zebracross untuk foto-foto. Karena jauh sebelum saat ini, yang kebangetan ramai-nya, orang-orang juga rebutan foto-foto di zebracross. Yang mungkin, kemudian tren tersebut meluas dengan peragaan fashion ala-ala Harajuku.
Sebetulnya yang lebih miris, saya meyakini betul anak-anak usia tanggung “Citayam, Kalimalang, Bojonggede” ini cuma modal 6k-20k aja. 3 Ribu sekali trip pakai kereta. Disaat salah satu titik ultra ramai “Citayam Fashion Week” sebetulnya resto Jepang (di lantai atas, bukan lantai dasar) yang selalu disebut-sebut “Wagyu-nya paling enak se-ASEAN, bukan cuma se-NKRI”, yang tentu saja belasan juta.
Mau lebih miris lagi: hanya 200an meter dari “catwalk”, akan didirikan Hotel yang (secara merk-hotel chain) termasuk kelas paling mewah diantara merk-merk dibawah Hilton, yaitu Waldorf-Astoria, yang bakal menyatu dengan kompleks UOB. Hotel tersebut akan menjadi bagian atas menara / bangunan tertinggi di belahan Bumi Selatan / Southern Hemisphere (kalau selesai dibangun). Agar tidak bingung, Singapura dan Malaysia bahkan sudah masuk Northern Hemisphere.
kumpulan foto kucing area MRT Dukuh Atas- (sedikit di area) depan UOB, jauh sebelum rame seperti 3 bulan terakhir. 2020. Maafkeun ga sering-sering bagi kalengan Royal Canin, makanan kering aja ganti-ganti merk. Bukan crazy rich.
Sekitar 2 bulanan lalu (*saya follow orangnya tapi ternyata sudah dihapus twit2nya), seorang TKI di Jepang. Berfoto dan bikin vlog dan kemudian diunggah pula di Twitter. Intinya bahwa salah satu sudut Jepang ya nyaris persis Blok M yang amat banyak resto ramen 🍜. Gedung-gedung tinggi, bangunan fiisk jembatan layang untuk MRT (kayak Jepang). Lalu lalang warga dan bajunya sama persis keramaian "SCBD" dukuh atas----bedanya ya warga Jepang kan putih. Keramaian mobil2 Jepang pun ya sama, karena Indonesia pasar bagi Mobil Jepang (90% lebih mungkin). Hanya beda bahwa mobil2 yang melintas di Jepang tampak lebih mahal ---- karena memang bukan bikinan pabrik2 Jepang di Bekasi atau Bogor misalnya. Area Blok M, yang begitu banyak taman, sangat mungkin disetting jadi tempat berkumpul, dan foto-foto ala Harajuku, dan ga cuma Dukuh Atas.
Dulu sekali pusat "ngeceng", “mejeng”, " nongkrong" di Megaria Bioskop yang berdekatan dengan Jalan Prambanan Menteng, tempat Prambors berkantor-dulu banget. Juga ada UI Salemba, RSCM, FK UI. Saya membayangkan, Almarhum Adnan Buyung Nasution sebisa mungkin membeli tanah yang kini jadi bangunan LBH Jakarta: agar mengumpulkan anak2 muda idealis melawan Orba. Rezim yang sebetulnya seara tidak langsung terbantu untuk “hadir” justru karena Adnan Buyung Nasution sendiri: dirinya anti PKI.
Masih dengan digerakkan Prambors, anak-anak muda bergeser "nongkrong" di Melawai, Blok M sekitarnya. SANGAT MUNGKIN kepopuleran Blok M bukan semata Prambors pindah ke selatan, tapi karena di Selatan pula ada Aquarius. Zaman kaset fisik masih amat berjaya. Belum lagi ada SMA 6 & SMA 70. (*Cieeeeeee Prada keinget SMA 6. Lol). Tanpa nge-google, SMA 6 lahir pada 2 Agustus. Tanggal yang sama dengan anak nya Ibu Ratih lahir.
Mungkin sekitar sedikit setelah 1998 Orba jatuh, Senayan jadi rame karena banyak artis2 bikin tenda resto --- di situasi supersulit ekonomi agar buka lapangan kerja. Saya ingat betul salah satu tenda resto di senayan itu dibuka oleh Ari Sihasale (*karena ada artikelnya).
2000an awal, sangat mungkin terbantu karena ada Binus S2 dan Mustopo, tempat nongkrong melebar dari Hanglekir sampai Parkir Timur Senayan. Plus dengan gaya2an balap mobil liar. Disaat yang lebih kaya main golf (yang kini nama padang golf nya bernama the Taj) ----dibatasi dinding tinggi banget yang kesannya angkuh.
Jadi masalah keramaian Dukuh Atas ga jadi hal yang harusnya membingungkan. Harusnya lebih bingung kenapa yang ditangkap kpk cuma Bupati Bogor (Bojonggede) dan Walikota Bekasi. Lha wong semua area "daerah penyangga Jakarta" gagal bikin Taman yang bagus untuk kumpul2 warga. Saking koruptifnya. Padahal Citayam bisa banget jadi “intersection”, penghubung, titik transit ala-ala Dukuh Atas: Citayam (kalau ada niat, juga kemauan niat Pusat), dari Citayam bisa ke Bekasi atau ke Parung Panjang (saya menjelaskannya di sini).
dari IG @asihsimanis
dari IG @asihsimanis. saya sudah izin kepada Prof Prasanti Widyasih Sarli/asihmanis via email agar/terkait konten IG-nya dipasang di note ini.
dari IG @asihsimanis. saya sudah izin kepada Prof Prasanti Widyasih Sarli/asihmanis via email agar/terkait konten IG-nya dipasang di note ini.
Baru-baru ini segoblok (/saking koruptif) suatu pemerintah daerah yang ga ngegaji 6 bulan guru honorer. saat salah satu keturunan dari pejabat tersebut bersekolah di (HI) UPH: masih dianggap Universitas termahal di Indonesia dan bahkan termahal 2 besar ASEAN. Kampus yang dibangun di daerah dimana 6 bulan guru honorer ga digaji. Entah si pejabat daerah tersebut goblok atau memang uangnya diisap dikorup. Harusnya Wapres ngamuk dengan superlambatnya pembangunan di daerah tersebut: beliau lahir disana. Entahlah. Baca pelan-pelan: daerah dimana ada kampus dengan biaya kuliah termahal kedua ASEAN, daerah yang sama dipimpin oleh orang yang ngakunya “ga paham” kalau mereka yang harus ngegaji guru-guru honorer, dan guru honorer tersebut ga dibayar 6 bulan. Mau lebih sinting lagi: salah satu keturunan dari keluarga pejabat tersebut, berkuliah di HI kampus termahal dimaksud.
Semua murni kalau ada kemauan membangun. Di sekitar stasiun MRT Blok M dan SMA 6 ternyata bisa dibikin (setidaknya dalam radius 2 km saja) taman sampai lebih dari 5 taman terbuka. Dirintis sejak Gubernur Jakarta masih orang Solo. Bahkan sebelum "tren Dukuh Atas", sempat hype mBloc. Yang kini bikin cabang bukan hanya di Yogya (deket SMA Teladan) tapi juga di Sarinah, di Gedung Filateli, di Padang Fabriek Bloc, dan di Jambi (mBloc Jambi-Teras Mendalo). Tapi keramaian mBloc Blok M saat jaya2nya pun ga mengalahkan keramaian "Dukuh Atas" saat ini oleh The Citayam dll. Masih ada tanah super kosong di seberang UOB kalau pendiri mBloc mau bikin unit baru mBloc deket Dukuh Atas tuk "mengkapitalisasi Citayam Bojonggede Kalimalang Tenjo Cisauk" yang kumpul di Dukuh Atas. Karena toh semakin banyak orang-orang bukan untuk bikin konten santai di Dukuh Atas, tapi murni demi duit (maka bikin konten).
dari IG @asihsimanis. saya sudah izin kepada Prof Prasanti Widyasih Sarli/asihmanis via email agar/terkait konten IG-nya dipasang di note ini.
Tren ngumpul ini bukan semata karena (bahkan meski krl sedemikian kacrut----saya bahas disini) masih amat murah pakai krl ke Dukuh Atas. Ditambah dengan video2 satire TikTok anak2 remaja yang pacaran di Dukuh Atas.
dari IG @asihsimanis. saya sudah izin kepada Prof Prasanti Widyasih Sarli/asihmanis via email agar/terkait konten IG-nya dipasang di note ini.
dari IG @asihsimanis. saya sudah izin kepada Prof Prasanti Widyasih Sarli/asihmanis via email agar/terkait konten IG-nya dipasang di note ini.
dari IG @asihsimanis
Saya bahkan ga paham bahwa user TikTok di NKRI harga mati ga nyampai belasan juta tapi suatu video TikTok bisa mencapai view 35 juta per Rabu malam (6 Juli 2022). Artinya jika video itu dilihat via Twitter, via WA, diitung juga. Saya ga ngerti monetisasi TikTok itu sekian per sekian, tapi seingat saya, kalau YouTube, jika mendapat views 1 juta, akan mendapat sekitar 1,000 dollar.
Dan karena orang berharap popularitas 35 juta views demi duit, maka akan makin ramai Dukuh Atas. Dari area-area pejabat ultra koruptif. Atau orang-orang yang mengkooptasi, mengkapitalisasi The Citayams, The Bojonggedes, The Kalimalangs, The Tenjos, The Cisauks yang berkumpul menuju Dukuh Atas, atau siapapun.