Crazy Rich but Beggar Mentality named Awardee LPDP (Biliuner tapi Mental Pengemis bernama Awardee LPDP)
DC 6.56am / Reno Nevada 3.56am / Jakarta 5.56pm
I’m sorry for English-speaking readers. This is for Indonesian-local but if you are still interested, maybe use a translation/google translate. Especially if you (as reader) in the U.S. was trapped in “Loan Scheme” for school or get a bachelor's degree. Some weird mentality, that a lot of family in Indonesia with wealth (MINIMUM) around US$10 million, son or daughter keep applied a scholarship with worth around US$120k / year. A taxpayer money to subsidize crazy rich to school. My brother still paying his loan for his study in Top 15 Universities in the world.
Start reading:
Saya benar-benar pernah berharap teman amat baik saya wafat dalam hal / isu superlatif yang rumit: (kematian) diharapkan menjadi skandal memalukan bagi pemerintah Indonesia, dan kemudian menghentikan total kebijakan (PEMBOROSAN) pemerintah Indonesia.
Merayakan ultah 2 Agustus, meski terlewat berbagai tulisan in-english lainnya, saya mempersembahkan tulisan ini untuk teman baik saya. Saya tidak bisa menyebut nama dan negara dimana mereka berada, karena demi keamanan dan atau tidak didox. Ibu dan bahkan saya sendiri nyaris mati karena di dox ratusan orang-sistematis-belasan tahun.
Jika diasumsikan memakai persentase, memang tentu saja tidak semua WNI di luar negeri yang menikah-dan-berkeluarga di luar negeri, keduanya sama-sama kuliah. Secara mayoritas/dominan tentu saja hanya satu yang kuliah di LN diantara dua/suami istri, entah si suami atau si istri. Atau, juga secara mayoritas, polanya adalah salah satu diantara suami/istri adalah lulusan S1 di Indonesia sementara salah satu lainnya melanjutkan kuliah S2 atau S3 sembari berkeluarga. Cukup banyak juga yang sebetulnya polanya SMA - S2/S3.
Teman amat baik saya sudah S2 di Indonesia dan sebetulnya bisa sangat mungkin ber S3. Sementara suaminya hampir Profesor di usia amat muda, minimal Ph.D. Artinya keduanya sama-sama cerdas. Dan…..penghemat ekstrim, jika tidak bisa disebut penghemat ulung.
https://prada.substack.com/p/jokowi-and-hopes-for-the-exiles
Ketiganya, bersama anaknya (masih sangat kecil) pernah berpekan-pekan kedinginan karena berhemat biaya untuk heater/penghangat. Caranya ekstrem: sebelum tidur, sekalian tidak hidupkan heater agar terlanjur terlelap tidur sehingga sekalian tidak merasakan beku karena sudah kecapaian / kecapekan — maka terlelap lebih dulu. Saya gatau apakah 21 hari / 3 pekan, atau lebih. Entah MINUS 9 DERAJAT CELSIUS atau lebih dingin lagi (MINUS 16 atau MINUS 18 derajat), saya gatau separah apa dinginnya. Pakai MINUS. Bukan satuan angka plus. “Terima kasih” atas peperangan Ukraina - Russia sehingga harga-harga di Eropa meroket termasuk biaya menghangatkan badan.
Keduanya tidak pernah menikmati beasiswa apapun dari pemerintah.
Bayangkan jika ketiganya mati, beku, dan mendapat berita internasional: dua, laki-perempuan, amat pintar, mati kedinginan bersama bayinya. Disaat WNI lainnya dengan mudah jalan-jalan foto-foto instagrammable dengan uang pajak bernama (beasiswa) LPDP.
Semua footage orang-orang kaya mengemis LPDP, ada disini
Saya yakin keduanya qualified LPDP. Dan kematian ketiganya (plus bayi) mungkin bisa menjadi skandal memalukan bagi Indonesia.
Seorang diaspora lain, juga tidak pernah menikmati LPDP, berujar:
“Mungkin kita Indonesia ga pernah punya warga yang jadi CEO perusahaan raksasa seperti India, karena pemalas. India, atau keturunan India, bisa punya puluhan warganya jadi CEO dan ex CEO karena warganya kerja keras habis-habisan tanpa uang memadai. Effortnya ada. Warga kita mentok jadi bawahan karena dimanja uang pajak dipakai foto-foto Instagram”
Indira Nooyi Pepsi
Satya Nadella Microsoft
Sundar Pichai Alphabet Google
(former Twitter / X) Parag Agrawal
(fomer Deutsche Bank) Jain Ansu
Rishi Sunak
Portuguese António Luís Santos da Costa
VP Kamala Devi Harris
now Neal Mohan (for YouTube)
Tapi apa iya saya tega bahwa teman amat baik saya mati di tanah orang. Negara Eropa dimana tempat saya berada, cukup langka karena punya Kedubes dan Konjen sekaligus di Indonesia, yang artinya bagi si negara tersebut, Indonesia amat penting. Tidak semua negara dunia memutuskan bangun kedubes dan konjen di Indonesia.
Permasalahannya adalah: kenapa saya harus tahu bahwa teman amat baik saya JUSTRU tidak mati, sementara saya sendiri pembenci ketidakadilan, yang dimana, kalau/andai teman saya (sekalian bayinya) mati kedinginan, mungkin LPDP distop karena saking kontrasnya “siapa yang dapat tapi foya-foya, siapa yang malah ga dapat dan berujung mati.”
Saya tidak yakin bahwa 90-93 persen anak orang kaya yang menerima LPDP dan bahkan sebetulnya bisa bayar sendiri, akan membuat LPDP dihentikan. Saya tidak yakin bahwa makin meluasnya pernikahan hedon awardee LPDP, dan bahkan sebelum menikah, yaitu baju super mahal desainer ternama untuk wisuda, akan mendorong dimatikannya LPDP.
Semua footage orang-orang kaya mengemis LPDP, ada disini
Amat banyak awardee LPDP yang bisa bayar sendiri kuliahnya di LN dan bahkan bisa bayar sendiri pernikahannya seharga puluhan miliar, tapi orang yang sama adalah LPDP resipien. Banyak sekali jika anda baca, (banyak) awardee (BUKAN CUMA SATU) dengan bangga memposting highlight instagram “LPDP experience” dan “Wedding” super mahal.
Saya tidak yakin bahwa kasus 400 - 500 penerima LPDP, menikmati uang pajak miliaran per tahun, justru kemudian convert warga negara lain, menjadi maling / pencuri, jika pun angka “pencuri” ini jadi ribuan pelaku, akan membuat LPDP dimatikan.
Saya lebih yakin butuh kasus ekstrem untuk menghentikan LPDP, dan satu-satunya kesempatan, salah satunya, jika teman saya wafat membeku. Dua orang super cerdas dan bayinya membeku mati.
Tapi itu teman amat baik saya. Kami berbagi gado-gado di tepi tanah lapangan pasir (saya menyebutnya Santiago Berdebou).
Baru lihat anak crazy rich (Dirut RS supermahal di Jakarta) dengan enteng sudah sampai di NYC lagi. Ya betul, pengemis LPDP.
Saya bahkan tidak tahu seberapa boleh dan seberapa bisa normalnya/rata2 warga awardee LPDP bisa pulkam dulu ke NKRI. Si anak orang kaya dan pengemis LPDP ini amat sering bukan hanya Jakarta - NYC tapi juga NYC - Geneva. Maksud saya: kalau uang LPDP ga cukup, artinya uang tiket amat sering ke pulkam NKRI atau ke Jenewa ya duit sendiri.
Oh ya crazy rich tapi pengemis dimaksud studi development, studi tentang kemiskinan. Mengerikan bukan tragedi ironinya.
Bayangkan 90% lebih warga LPDP atau awardee LPDP hidup foya-foya dengan penuh foto instagrammable, sementara (semacam) LPDP 6 dekade lalu, para Eksil, hidup menderita, tidak bisa pulang.
Ga kebayang, sekali lagi kalau temen sendiri 1.5 tahun lalu mati membeku di negara orang, dan jadi berita heboh. Alih-alih pulang ke Jakarta, kadang teman amat baik saya menitip barang atau dokumen pakai kepulangan orang lain, sedemikian tidak bisa beli dengan gampang tiket pesawat. Tidak seperti anak crazy rich NYC - Geneva sering-sering, dan sering juga NYC-Jakarta, dan anak yang sama adalah resipien LPDP.
Mungkin lebih, temen amat baik saya ditakdirkan Tuhan ga mati. Mungkin sebagai contoh hidup "seumur hidup" bagi saya: saya memang harus ngebunuh itu program karena ga adil. Cuma satu caranya tuk ngebunuh itu program. Teman saya dan saya tahu betul satu2nya cara itu apa.
Kalau temanmu sendiri nyaris mati kedinginan karena saat minus 9 bahkan mungkin minus 16 celsius memaksa ga menghidupkan Heater demi berhemat ditengah peperangan Eropa, anda akan menjadi jauh lebih radikal bukan hanya (menjadi) anti LPDP tapi juga jadi amat anti perang.
Bayangkan manusia yang jelas-jelas lahir di menit yang sama saat ribuan tank Iraq menyerbu Kuwait, jelas-jelas ibunya ditabrak dan atau dibunuh konspirasi teman (/ eks teman) dan entah sama hewan2 rokok lainnya, DUA KALI, tetap memilih jalan pasifis. Anti perang.
Kalau teman amat dekatmu sampai terlalu sering beli barang diskonan dan pasar murah di yurop sementara hewan2 LPDP setelah kuliah bisa nikahan 40-50 miliar atau sewa kebaya di desainer dengan tarif minimal 500 juta (yang berarti: kuliah LN dan nikah puluhan miliar sebetulnya mampu uang sendiri), kamu mungkin akan jadi lebih MEMBENCI LPDP.
Saya berharap teman amat baik saya dan pasangannya menjadi CEO dia dua perusahaan berbeda. Effort terbayar, tidak seperti pengemis LPDP lainnya.
*Perempuan yang dicintai penulis, juga berhemat dan pernah tidak menghidupkan heater demi berhemat. Memakai tabung karet diisi air panas untuk menghangatkan badan. Bukan warga Indonesia. Yahudi.
=========END————
Thank you, as always, for reading. If you have anything like a spark file, or master thought list (spark file sounds so much cooler), let me know how you use it in the comments below.
If you enjoyed this post, please share it.
If a friend sent this to you, you could subscribe here 👇. All content is free, and paid subscriptions are voluntary.
——————————————————————————————
-prada- Adi Mulia Pradana is a Helper. Former adviser (President Indonesia) Jokowi for mapping 2-times election. I used to get paid to catch all these blunders—now I do it for free. Trying to work out what's going on, what happens next. Arch enemies of the tobacco industry, (still) survive after getting doxed. Now figure out, or, prevent catastrophic situations in the Indonesian administration from outside the government. After his mom was nearly killed by a syndicate, now I do it (catch all these blunders, especially blunders by an asshole syndicates) for free. Writer actually facing 12 years attack-simultaneously (physically terror, cyberattack terror) by his (ex) friend in IR UGM / HI UGM (all of them actually indebted to me, at least get a very cheap book). 2 times, my mom nearly got assassinated by my friend with “komplotan” / weird syndicate. Once assassin, forever is assassin, that I was facing in years. I push myself to be (keep) dovish, pacifist, and you can read my pacifist tone in every note I write. A framing that myself propagated for years.
(Very rare compliment and initiative pledge. Thank you. Yes, even a lot of people associated me PRAVDA, not part of MIUCCIA PRADA. I’m literally asshole on debate, since in college). Especially after heated between Putin and Prigozhin. My note-live blog about Russia - Ukraine already click-read 4 millions.
=======
Thanks for reading Prada’s Newsletter. I was lured, inspired by someone writer, his post in LinkedIn months ago, “Currently after a routine daily writing newsletter in the last 10 years, my subscriber reaches 100,000. Maybe one of my subscribers is your boss.” After I get followed / subscribed by (literally) prominent AI and prominent Chief Product and Technology of mammoth global media (both: Sir, thank you so much), I try crafting more / better writing.
To get the ones who really appreciate your writing, and now prominent people appreciate my writing, priceless feeling. Prada ungated/no paywall every notes-but thank you for anyone open initiative pledge to me.
(Promoting to more engage in Substack) Seamless to listen to your favorite podcasts on Substack. You can buy a better headset to listen to a podcast here (GST DE352306207).
Listeners on Apple Podcasts, Spotify, Overcast, or Pocket Casts simultaneously. podcasting can transform more of a conversation. Invite listeners to weigh in on episodes directly with you and with each other through discussion threads. At Substack, the process is to build with writers. Podcasts are an amazing feature of the Substack. I wish it had a feature to read the words we have written down without us having to do the speaking. Thanks for reading Prada’s Newsletter.
Wants comfy jogging pants / jogginghose amid scorching summer or (one day) harsh winter like black jogginghose or khaki/beige jogginghose like this? click
Headset and Mic can buy in here, but not including this cat, laptop, and couch / sofa.