Kali Kedua Tepukan Sepi dari Kyiv Terkait Upaya Perdamaian
(Sebagian besar) Warga Indonesia haus banget pengakuan, meski saya bukan kekgitu. Tapi ada yang (akan) mengganggu tim internalnya Jokowi, meski harusnya tidak perlu khawatir.
Setidaknya sampai Kamis 30 Juni 2022 jam 4.50 pm WIB, Zelensky tidak memposting apapun tentang Jokowi di Twitternya, meski pertemuan dengan Jokowi sudah berlangsung 20,5 jam sebelumnya di dalam Istana Maryinsky. Bahkan saat ini diketik, Jokowi mungkin sudah hampir sampai dari (terbang melalui) bandara di Polandia dan mungkin tinggal beberapa menit mendarat di Sheremetyevo Airport Moscow.
Jokowi (((DIBENCI))) berulang kali terkait apapun di forum internasional jika terlihat kikuk, atau tidak disapa. Atau misalnya saat Jokowi mau nyapa, pemimpin negara lainnya ga nyapa balik. Cuma 1,5 bulan lalu, saat di DC bersama kepala-kepala negara ASEAN, Jokowi dicaci saat ada foto dimana Jokowi terlihat kikuk di antara Biden dan kepala negara ASEAN lainnya. Padahal ya biasa-biasa saja. Padahal ya Jokowi ada foto sesi juga dengan Biden.
Orang-orang (((TAKJUB))) bahwa Biden, saat G7+mitra-mitra G20 di Elmau Munich Jerman, saat foto bersama, bukan saja menjabat tangan Jokowi, tapi tertawa amat lebar (padahal beban domestik Amerika berat banget, dari masalah aborsi, bunuh-bunuhan senjata api, inflasi, dll), dan bahkan memeluk Jokowi. Tapi momen paling bagus, menurut saya, saat PM Jepang Fumio Kishida menepuk Jokowi dari belakang, sambil menundukkan nyaris 90 derajat, dan (mungkin) Fumio berkata “Pak Jokowi inget saya kan, yang bulan lalu datang ke Jakarta”, dan Jokowi mungkin seperti berkata “Ya Ampun, lupa saya nyapa Pak Fumio”. PM Fumio Kishida menjadikan Indonesia negara kedua yang dikunjungi (setelah Korsel) setelah jadi PM.
Entah mungkin Kemenlu NKRI yang minta, lagi-lagi sebanyak dua kali. Saat foto bersama G7 dan mitra-mitra G20, Jokowi nyaris ditengah, karena bersebelahan langsung dengan Kanselir Scholz dan diapit pula dengan Biden. Satu lagi, saat rapat di dalam ruangan antara G7 dan beberapa mitra G20, meja Jokowi sebelahan langsung dengan Scholz. Bukan, penetapan meja tidak pakai alfabetis, karena sebelah meja sisi lainnya, Scholz bersebelahan dengan Senegal.
Balik lagi ke Ukraina (dan Rusia).
Masih antara per jam 4an sore Jakarta (atau jam 12 siang di Moskow; atau jam 11 siang di Kyiv), suatu ceasefire langka terjadi: Ukraina dan Rusia setuju mengurangi tentara di Snake Island. Kepahlawanan di Snake Island bisa anda googling sendiri. ada kata “fuck you” saat tentara-tentara Ukraina dikepung berbagai kapal frigat Rusia. Sempat bahkan dikira puluhan tentara Ukraina di Snake Island (dikira) mati tapi ternyata masih hidup. Dan kepahlawanan tentara Ukraina langsung dijadikan gambar perangko terbaru oleh pemerintah Ukraina. Maka ceasefire di Snake Island oleh kedua belah pihak ini dianggap langka. Berkat Jokowi?
Sebetulnya masalah posting ga (kunjung) diunggah ga perlu jadi pikiran Jokowi. Pernah terjadi yang jauh lebih spektakuler saat Maret, saat perang masih amat menggila.
PM Naftali Bennett (sayangnya per jam 2 siang Jakarta pemerintahan Israel di-mosi, sehingga per 1 Juli 2022 PM Israel dijabat sementara Menlu Israel Yair Lapid) adalah tokohnya. Saat perang masih amat menggila, PM Naftali diam-diam pergi ke Moskow, lalu ke Berlin, lalu ke Tel Aviv pulang. Yang mengagumkan bukan semata (1) rute terbangnya bagaimana, tapi (2) bahwa dia melakukan saat di Israel sedang Hari Shabbat. Saya sudah mendalami sejak amat lama tentang Israel. Jadi saya tahu betul derajat “menakjubkan” di tengah warga Israel, karena demi “misi rahasia”, Bennett sampai-sampai ga ikutan hari shabbat saat itu.
Presiden Zelensky baru mengunggah rasa terima kasih atas upaya Bennett membujuk Moscow (Putin) itu lebih dari 60 jam setelah momen terjadi. Enam puluh jam.
Zelensky setidaknya sudah berterima kasih ke PM Boris Johnson (UK), pemimpin dunia paling sering ke Kyiv setelah perang dimulai (24 Feb 2022). Bahkan meng-twit berterima kasih ke PM Selandia Baru Jacinda Ardern, padahal Jacinda cuma telepon, bukan kayak Jokowi. Tapi lihat lagi: pertemuan yang spektakuler, misi damai Bennett karena berusaha “menyambungkan komunikasi Kyiv dan Moscow”, baru ditwit Zelensky 60 jam lebih.
Saat saya mengetik note sebelumnya, saya ga expect Bu Iriana ikutan ke Kyiv. Saya pikir dia tetap di Jerman dulu, hanya Jokowi saja yang ke Kyiv, lalu dari Kyiv balik ke Jerman/Polandia, baru kemudian ke Moscow bareng Iriana lagi. Gak ternyata. Bu Iriana bahkan membagi bantuan, mesti itu mungkin cuma demi foto dokumentasi, ke korban-korban wara Ukraina yang kena roket Rusia di RS di Kyiv.
Tidak ada satupun kepala negara/kepala pemerintahan yang ke Kyiv pasca 24 Februari 2022 membawa pasangan hidupnya. Termasuk PM Finlandia Sanna Marin (karena perempuan), dia ga bawa suaminya.
Tapi mungkin Jokowi punya pikiran kayak gini: ga mungkin Putin meluncurkan roket membunuh saya dan istri saya sekaligus, justru itulah saya bawa Bu Iriana. Biden sempat ke Polandia, dan istrinya berpisah misi ke Uzhhorod (kota perbatasan Ukraina-Slovakia) dimana Jill Biden (istri Biden) bertemu istri Zelensky (Olena Zelenska). Tapi hanya Iriana yang berani ke Kyiv.
Jokowi pernah ke Rusia, tepatnya KTT APEC di Sochi (bukan Moskow), tapi artinya bukan pertemuan (spesifik, benar-benar) bilateral, tapi mumpung KTT. Bahkan pernah ketemu di Singapura, saat KTT East Asian Summit. Tapi Jokowi memang bukan bertemu Putin di Kremlin Moscow. Dan bahkan bukan pertemuan bilateral. Baru kali ini pertemuan bilateral Indonesia-Rusia langsung di Kremlin.
“Pembawa pesan perdamaian” biasanya memang malah jauh hingar bingar, termasuk PM Bennett. Tapi…….
Saya yakin Zelensky menyadari betul perangnya akan amat berkepanjangan. benar, 2 hari lalu Rusia untuk pertama kalinya telat bayar cicilan utang atau semacamnya (pertama kali sejak 1918). Tapi ekonomi seluruh dunia juga lagi apes. Atau, Kremlin berpikir “ngapain juga gue bayar utang ke lembaga di negara kantor yang berperang sama gue”.
Awalnya perang mungkin sangat membanggakan Ukraina: dari awalnya rencana 72 jam sesegera mungkin tentara Rusia kuasai total Kyiv, ternyata hari ke-127 (30 Juni 2022) menguasai sisi barat atau sisi timur Ukraina secara total saja Rusia ga sanggup. Per jam 11 siang tadi, dikabarkan 400an tentara Ukraina dibawa ke Sandhurst Inggris untuk dilatih memakai senjata jauh lebih mutakhir.
Zelensky, oleh sebagai pengamat dikhawatirkan terjebak dalam dilema: selama apa perang akan dijalani. Benar, NATO sepakat bahwa total tentara aktif bukan semata 40k tapi mencapai 300k, tapi itu di “tanah negara anggota NATO”. Benar bahwa Biden setuju menambah dua skuadron F35, tapi station di UK, bahkan bukan ditempatkan negara-negara Baltik yang bersebelahan langsung dengan Rusia. Benar bahwa tinggal sedikit lagi Swedia dan Finlandia jadi anggota NATO setelah Turki akhirnya sepakat/ga jadi mencegah keanggotaan (dengan ditukar “33 teroris Turki–menurut cara pandang Erdogan, yang bermukim di Swedia dan Finlandia”, dan itu cuma salah satu konsesi).
Tapi harusnya perang bisa dinegosiasikan kalau kedua pihak sama-sama buntu. Triliunan dollar sudah menguap dan bukan semata karena perang. Tapi perang Ukraina-Rusia jadi trigger utama lenyapnya triliunan dollar di banyak pihak. Disitulah setelah PM Bennett, ada Jokowi, mencoba menegosiasi agar perang tidak berkepanjangan. Tanpa bermaksud menjadi enabler atas kebrutalan. Tapi memang tidak boleh berharap banyak. Tapi jika memang ada hal spektakuler terjadi diantara Ukraina dan Rusia, memang Jokowi harusnya jadi kandidat peraih Nobel.
Saya kepikiran meja apa yang akan dipakai Putin menyambut Jokowi. Saat Caspian Summit berlangsung 20 jam lalu, olok-olok dimana sesama negara Kaspia (termasuk Rusia, Turkmenistan, Iran) pakai meja raksasa—-kepisah kejauhan. Banyak orang masih berpikir Putin sangat fobia covid, maka, selalu pakai meja super panjang bahkan saat bertamu di negara lain. Saat menyambut Macron (15 Feb) dan Scholz (16 Feb), dua-duanya sebelum perang dimulai, di Kremlin Putin menyambut keduanya dengan meja superpanjang. Tapi saat Putin bertemu Presiden Bolsonaro (Brasil), cuma meja pendek. Entah apa yang akan dipakai Putin menyambut Jokowi. Bagi yang dijamu dengan meja pendek (seperti Bolsonaro) selalu dianggap tamu tersebut "teman baik" Putin, dan "enabler" kebrutalan Putin. Tapi Bolsonaro datang ke Kremlin memang cuma demi Rusia-Brasil. Bolsonaro tidak ke Kyiv. Dan Jokowi bukan saja ke Kyiv tapi juga berteman dekat dengan "The West'.
Saya yakin pekan depan, saat pertemuan pendahuluan G20 di Indonesia, yaitu antar Menlu dan undangan Menlu seperti diantaranya Menlu Ukraina diundang meski Ukraina bukan anggota G20 (*Menlu Ukraina ada dalam foto Jokowi-Zelensky, pakai kruk, tapi tidak dijelaskan cedera kaki karena apa Menlu Ukraina Dmytro Kuleba), Saya yakin betul kikuk banget Menlu Kuleba (Ukraina), Menlu Blinken (US) atau Menlu Baerbock (Jerman) nyapa Menlu Lavrov (Rusia). Tapi semua perdamaian selalu dimulai hal-hal kikuk. Siapa yang nyangka, tsunami 2004 memaksa kita semua berdamai, Indonesia - GAM berdamai di Swedia-Finlandia misalnya.
Kamu, selaku ultra pasifis, pasti juga ingin perdamaian datang bukan, Prada
======
Update:
37 jam setelah pertemuan Zelensky-Jokowi (Jumat 1 Juli, sekitar jam 7 pagi WIB), Zelensky bahkan sempat menghapus twit untuk Presiden Jerman karena salah akun yang ditulis Zelensky, dan kemudian diganti tanpa menulis akun (*karena Presiden Jerman Steinmeier tidak punya akun—-yang akun GOTHE itu bukan akun kantor Presidensial Jerman). Sempat mengunggah-twit juga untuk Macron (Perancis), tapi bahkan belum twit apapun untuk / terkait Jokowi. Seperti dijelaskan, PM Bennett (Israel, ex PM per 1 Juli ini), baru diapresiasi Zelensky setelah lebih dari 60 jam.
Meja yang dipakai Putin menyambut Jokowi: meja pendek.