Kenapa (Sebagian) HI UGM Suka Sekali di Zona Tidak Nyaman, Suka Sekali Menjadi Oposan - Pembangkang
Every time I write again about (grotesque; crime direct and indirect by) Nafisah Ratanti Wulandari and her animal, the most eloquent-shattering for me, unsurprisingly, it does not goes to Jewish I love, but, goes to my friend in the US: how annoyed she is when she gets attacked by Wulan’s animal. Even, FIBA game in Indonesia is not enough to compensate for her immaterial disturbance by Wulan’s animal. She lived a life you can’t imagine (*yes, older than me). no way for you to know what you’re (Wulan’s animal) up against her. Would be nice if my friend in the US met a jewish girl, or if not jewish girl, whoever, meet Mrs Prada, whoever her, in Jakarta, one day. I am really guilty, apologize, about what she suffered every time Wulan’s animal attacked her.
Sama seperti dialami AOC, setidaknya ada 8 akun palsu di FB atas nama saya yang dibuat Wulan &/ hewan-hewannya, 9 akun LinkedIn palsu, dan 5 akun twitter palus. Yang terus-menerus mengucap senonoh dan juga hal-hal fitnah kepada saya. Beberapa akun tersebut sudah dibuat sejak 2013. Akun LinkedIn saya bahkan sampai saat ini masih kalah dalam jumlah “pertemanan” dibanding akun palsu, dimana akun palsu mengatasnamakan saya dan terus-menerus melakukan fitnah di LinkedIn punya 2,100+ pertemanan. Saya baru berhasil takedown 2 akun LinkedIn. Saya bisa buktikan komplotan Wulan &/ hewan-hewannya berkoordinasi dengan TwitterID sehingga meski ratusan pertemanan saya di twitter melakukan report, akun palsu Twitter impersonate saya tidak akan bisa ditakedown.
She (my friend in the U.S.) may be living with a 100 hectare condominium and private jet — only 3-4 steps ahead to marry a “superstar athlete” but God decides another pathway. I wish I'm (one day) to be President (of) Republic of Indonesia, so I can make sure that AFO/Air Force One - Indonesia level (not big like AFO of POTUS, but still lavish) can bring her to visit (dangerous-beautiful) Indonesia. But, in my gut, in my brain child, another reason I really desire to be President, not only to bring my friend in the U.S. But also (because) to replace/pay a “moral debt” to someone who suffered a repeat day by decision of an IR UGM graduate. I really cried when I read (her) tweet. A female, ordinary worker in Jakarta.
Saya mungkin tidak akan sanggup menemukan orangnya lagi. Saya punya screenshot (twit) nya tapi akunnya sudah dihapus.
Dirinya mengkomplain bahwa emoney/flazz nya tersedot dua kali padahal hanya satu kali tapping. Dan itu berlangsung puluhan hari, dan itu dialami ratusan ribu warga Jakarta. Saya gatau akhirnya berapa hari (warga) Jakarta mengalami kerugian. Dihitung dari hari pertama keluhan ditwit orang yang lain lagi sampai saya coba berulang di hari sekian, saya menghitung 46 hari eror tapping terjadi di semua gate-tapping TransJakarta.
Diantara ratusan twit yang saya baca mengkomplain (harusnya bisa ratusan ribu orang komplain tapi tidak di-twitkan), saya iba sama perempuan pekerja ini. Dirinya memelas bukan ingin dikembalikan sepersekian puluhan ribu tersedot, tapi butuh penjelasan uangnya lari kemana. Sampai akun perempuan ini dihapus, transjakarta baik secara media sosial dan secara pemberitaan tidak pernah menjelaskan masalah “tersedot berganda” tapping ini. Entah berapa miliar uang “tapping berganda” ini. Twit si perempuan ini membuat anda akan menangis, bahkan disaat si perempuan ini tidak pakai emoji tangisan. Saya bisa merasakan dia berhemat, atau “saldo mepet” kartu flazz/emoney, tapi tapping tersedit berulang.
Saya gabisa menemukan perempuan ini—99.99% mustahil. Tapi mungkin dirinya punya keturunan, kelak. Dan jika saya menjadi Presiden Indonesia, saya menggratiskan minimal 50 hari, menginstruksikan Gubernur Jakarta (sudah bukan lagi ibukota Indonesia pastinya Jakarta). Yang artinya anak cucu dan atau keturunan perempuan ini menikmati gratis — ganti rugi yang dialami Ibu/Neneknya.
Kebijakan perubahan tapping ini hanya beberapa hari setelah seorang lulusan HI UGM, (nyaris) triliuner atau malah beneran triliuner, tiba-tiba masuk direksi Transjakarta. Saya baru menyadar berbulan setelah twit “mba-mba pekerja biasa yang membuat saya nangis” ini kalau lulusan HI UGM ini teman dekat dan atau tim langsung Anies Baswedan, capres diusung Surya Paloh.
Saking amat kayanya, seorang netihen komen di kolom komen IG anaknya “kakaknya kayak ga pernah keringetan atau nyetrika di rumah, gede banget dan ada tamannya pula di dalam rumah”. Yang artinya saya pun juga bingung kenapa keluarga yang tidak pernah pakai transport umum perkotaan dalam 20 tahun terakhir tiba-tiba jadi direksi pengelola transport umum ibukota negara (*sampai saat ini Jakarta masih ibukota). Saya tidak tahu dan mungkin tidak pernah tahu bagaimana TJ memutuskan / memproses ganti rugi yang terlanjur dialami, dan atau mengkalibrasi ulang lagi tiap tapping gateway nya agar warga tidak mengalami tersedot berganda, kecuali jika menjadi RI-1.
Problem bahwa kasus ini dibiarkan sampai puluhan hari menjadi bikin ngilu: saya bahkan membuat laporan ke kantor Gubernur dan minimal ke 6 wartawan, tapi tidak pernah ditindaklanjuti. Mungkin media begitu takut sama capres/mengkritisi part of command structural ex Governor yang kini capres (tapi belum fix capres). LOL. Andai, andai dari 6 wartawan ini, satu saja tergerak bikin liputan, mungkin, mungkin ya, peta pencapresan 2024 berubah total. LOL (again). Tidak sama sekali kejahatan masalah tapping tersedot berganda. Karena semacam technical error di gateway, tersedot berganda. Tapi dibiarkan PULUHAN HARI. Semua gate transjakarta. Entah berapa juta warga total berlalu lalang, berapa rupiah tersedot. Bukan kejahatan kriminal, tapi entah berapa miliar “uang bukan hak/uang haram” masuk.
Dr. Jusuf Wanandi, founder CSIS Indonesia said / he is betting (Thursday, May 25th, 2023, on ROSIANA Show by KOMPAS TV —- the KOMPAS TV Studio just beside old / former building of CSIS in Palmerah) only 2 pairs of Presidential Election 2024 / Indonesia GE - General Election, not 3.
Saya bersumpah menggratiskan dalam sekian hari sebagai (mengganti) kerugian moral, imateriil, materiil perempuan ini —- yang atau membuat keturunannya mendapat “ganti rugi tidak langsung” dengan mendapat penggratisan masal sekian hari transportasi umum di Jakarta. Saya bersumpah. Kalau istilah Ahok “kalau bantu orang ga berpunya, bukan ngasih duit ngasih duit ngasih duit, tapi bikin kebijakan sistemik yang menolong.”
==================
(Mahfud MD dan Usman Kansong)
Saat saya membaca berita “tersangka baru bernama WP, tambahan tersangka kasus 8 Triliun korupsi Kominfo, 91% dikorup, ditangkap saat di Bandara NYIA Yogyakarta”, saya mencoba memastikan membaca berita lain / dari media lain bahwa “INISIALNYA” tetap sama, bukan typo. Bukan “DP”. Dan lega, benar-benar WP, meski juga orang kominfo. Saya khawatir betul apalagi berita menulis “ditangkap di NYIA”. Tentu saja: rumah Mas Dedy Permadi (saya pernah ke rumahnya) di Gunung Kidul (sisi timur) setidaknya 71 km dari NYIA (sisi barat, dekat “Laut Selatan”). Saya yakin betul (hapal nama lengkap dosen HI UGM bahkan singkatan yang jarang dipanjangkan) kalau Mas Dedy cukup inisial DP, dan tidak pakai W, misal DWP. Jadi saya tentram saat baca berita (lebih dari 1 media) kalau inisialnya WP bukan DP.
Sebetulnya, kalau melihat lebih detil kasusnya, saya malah mungkin lebih khawatir HI UGM yang lain, yang tenure nya lebih duluan masuk Kominfo daripada Mas Dedy: (tentu saja) Kak Angga Kusumo. 4 Tahun 1 hari lebih tua dari saya, sesama Leo. Karena “MERANCANG KORUPSI” dilakukan oleh oknum Kominfo nya mungkin saat Kak Angga masih di dalam Kominfo sebelum Kak Angga ke Exxon. Orang-orang TV memang *GAMPANG* dapat lahan basah di tempat lain. Saya baru menyadari salah satu editor media, di FB, tiba-tiba posting suatu kegiatan pertambangan yang lagi (maksud: dimana) perusahaan tersebut lagi jadi sorotan Jokowi, Greenpeace, Harrison Ford, dll karena mencemari lingkungan.
Kak Yunda ga perlu khawatir sih. Kan sudah lama ga bareng Kak Angga. Kak Yunda dan mungkin Kak Angga (mungkin) sudah punya buah hati dari pasangan masing-masing. Minimal Kak Yunda, kulihat close stories IG. Aku ga utak-atik Kak Angga. Terakhir lihat feed Kak Angga karena dia nge liked sesuatu atas orang yang ikut berusaha membunuh nyokap di Yogya (sehingga kaena di liked Kak Angga, muncul di feed hamba). Saya bukan HI UGM yang usil dan cari-cari detil privasi, tidak seperti Nafisah dan hewan-hewannya yang membunuh Ibu saya (tapi gagal).
Yang lebih menarik bagi utamanya Kak Angga (dan kenapa saya lebih khawatir), bukan semata Kak Angga lebih duluan masuk Kominfo dibanding Mas Dedy. Tapi justru punya identitas mirip-selaras Plate: sama-sama pernah bekerja dibawah Surya Paloh. Kak Angga eks Metro TV. Tapi sebelum covid sudah pindah ke Exxon. Kak Angga tidak merespon saya untuk masalah (tanya-tanya) Exxon, tapi sudahlah.
Secara tak terduga, Pak Mahfud MD selaku PLT Kominfo meminta Usman Kansong (salah satu Dirjen; Dirjen Informasi Publik—tidak kena korup sama sekali) untuk bersebelahan dengan Pak Mahfud menjelaskan panjang lebar kasus Kominfo: gestur sengaja Mahfud, sadar betul Usman Kansong ex Pimred Media Indonesia / Media Group, milik Surya Paloh. Memberi sinyal implisit Pemerintah: “kami bukan ngerjain kalian, tapi memang Plate yang jijik korupsinya, kami bodoamat kalian mau nyapresin siapa.” Menurut orang yang jauh lebih ngerti politik, (beliau) ngerti info yang ga pernah muncul di media dalam puluhan tahun politik NKRI, korupsi kominfo bisa mengacaukan Pemilu 2024.
Ditengah kasus politisi lain, dimana satu twit seseorang atas kasus politisi menginjak istri kedua yang sedang hamil—politisi dikenal haji + amat giat ibadah, twit seseorang ini dibaca 2 juta orang dan terus bertambah, saya fokus ke hal-hal HI UGM yang “nyerempet bahaya.” Cuma Bu Retno Lestari Priansari Marsudi (juga tentu saja HI UGM) yang main aman, ga neko-neko selaku Menlu dua periode.
Tapi saat melihat Kak Angga bisa dengan mudah ke ExxonMobil, apes betul teman saya, beneran seangkatan, jauh lebih panjang tahun kerja media dibanding Kak Angga malahan, yang terlanjur wafat: Icha (di Kompas).
(contoh kerjasama negara - swasta dalam komunikasi. PT KAI-PT Commuter Line dengan ZTE. Bisa dilihat meski kecil huruf, “ZTE.” Pada 18 Januari 2023, dari puluhan nama dicekal, diantaranya HUAWEI dan ZTE. Saya meyakini melihat unti / alat semacam ini di puluhan stasiun jabodetabek lainnya. Sejauh ini hanya pihak HUAWEI yang berubah status dari CEKAL menjadi tersangka, yang ZTE belum ada. Selengkapnya bagaimana saya meneliti kasus kominfo disini.)
Back to Kominfo.
Mungkin, Pak Jokowi memilih Plate sebagai Kominfo bukan karena kesamaan “bisnis” (media) Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasdem. Tapi karena asal Plate: NTT. Masih super jelek sinyal seluler, mungkin lebih buruk dibanding kampung ibu saya yang 2014 pun sulit sinyal seluler telkomsel. Tapi disitulah makin ironisnya. Bayangkan Jokowi dari kabinet sebelumnya orang non politik (Rudiantara) kemudian 2019-2024 pilih orang politik demi “enakin hati pendukung Jokowi”, pilih orang yang provinsinya amburadul sinyal, sehingga si Menteri ini secara empati lebih kerja keras karna mengalami langsung nol sinyal. Alih-alih, 91% uang proyek BTS dikorup, sesadis itu.
Penjelasan Mahfud MD lebih amaze lagi untuk membayangkan skala korupsinya:
‘Ketika proyek senilai 28 sekian triliun itu dicairkan dulu sebesar 10 koma sekian triliun (rupiah) pada tahun 2020-2021. menara-menara BTS yang harusnya sudah dibangun hingga Desember 2021 ternyata barangnya enggak ada, BTS-nya itu tower-towernya itu tidak ada. Lalu dilaporkan sekitar 1.100 tower dari 4.200 yang ditargetkan, itu 1.100 tower dilaporkan jadi, sesudah diperiksa melalui satelit yang ada itu 958, artinya beda sampai 142 BTS. Dari 958 menara BTS itu juga, belum tentu semua berfungsi dengan baik. Karena ketika diambil 8 untuk sampel, tidak seluruhnya dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi.” (Mahfud MD, bersebelahan Usman Kansong, Dirjen Informasi Publik dan mantan PimRed Media Indonesia, anak buah langsung Surya Paloh).
“Bersebelahan” dengan orang kepercayaan Surya Paloh (yaitu Usman Kansong) seperti dilakukan Mahfud MD, adalah kali kedua Jokowi dan tim berupaya sabar atas manuver Surya Paloh dan mengirim “sinyal implisit”, entah dipahami atau tidak “gesture Jawa Jokowi menginstruksikan apapun” yang related dengan Paloh (Aceh). 3 Pekan lalu, saat Surya Paloh secara aktif mendiskreditkan Jokowi, tiba-tiba bersamaan pula bahwa Menteri Agus Gumiwang Kartasasmita cuti. Alih-alih memilih Menteri berlatar PDIP, untuk cuti sementara tersebut, PLT Menteri Perindustrian adalah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, orang Nasdem. Menperin sedang amat sibuk masalah EV (Electric Vehicle) dan utamanya sengkarut jadi tidaknya mengimpor (lagi) KRL bekas dari Jepang.
Lebih pilu lagi: Jokowi sadar betul dilematis, dan tetap meminta Mahfud MD selaku PLT Kominfo meneruskan program pembangunan BTS, karena Jokowi tahu betul, Indonesia yang memanjang setara London-Istanbul butuh banyak sekali BTS. Dia (Jokowi) sudah pilih orang dari provinsi minim infrastruktur teleomunikasi, tai justru makin sinting mengkorupsinya, alih-alih tergerak hatinya untuk membenahi total pertelekomunikasian.
Semoga Mas Dedy cepat-cepat dapat kerjaan baru dan jauh lebih bonafid dari Kominfo. Dan atau, kembali full ngajar di Kampus.
===========
Meski puncak perkelahian Mahathir - Anwar Ibrahim itu pada 1998-2001 (kasus dipaksakan yaitu Sodomi, tidak terbukti, tapi Anwar nyaris terbunuh mati di dalam penjara karena digebuki), 2 bulan terakhir hubungan Anwar - Mahathir memanas lagi. Bahkan pengacara pribadi Mahathir melayangkan gugatan ke PM Anwar.
Ndilalah, seorang lulusan HI UGM sengaja meminta tanda tangan Mahathir (simbol oposan, setidaknya kini Malaysia). Disaat dirinya di Jepang, jadi pembicara macam-macam dan malah menyengaja pula bertemu tim FP (Foreign Policy) dan Investment advisor di kubu Anies Baswedan (yaitu Pak Tom Lembong / Thomas Trikasih Lembong, eks Kepala BKPM). alih - alih menemui Jokowi. atau minimal tim-nya Jokowi.
Kadang saya pelupa. Ayahnya dari HI UGM ini dulu advisor SBY. Maka wajar kini anaknya juga memilih “kubu oposan”.
Dr. Jusuf Wanandi, founder CSIS Indonesia said / he is betting (Thursday, May 25th, 2023, on ROSIANA Show by KOMPAS TV —- the KOMPAS TV Studio just beside old / former building of CSIS in Palmerah) only 2 pairs of Presidential Election 2024 / Indonesia GE - General Election, not 3.
=========
Untuk bahasan lanjutan, saya cukup ngilu - bimbang. Saya hutang budi dengan Mas Hanafi Rais (Ahmad Hanafi Rais) — saat saya baru semester 7, saya dipercaya menggantikan hampir keseluruhan prosesi mengajar mata kuliah wajib semester 5 di HI UGM karena beliau maju Pilwalkot (sayang banget kalah—dan yang menang pilwalkot korupsi ditangkap KPK, bad). Meski “Mas Han” tetap berkontribusi memberi bobot puluhan persen atas keseluruhan nilai diberikan kepada peserta mata kuliah wajib. SEM7 ngajar matkul baru bisa diambil (jika minimal) SEM5.
Tapi saya juga bersahabat erat, mustahil dilepaskan, “pinky promise” istilah/slang amerikanya: kalau dia disakiti, saya maju untuk ngebela dia tanpa bertanya. Dirinya kebetulan punya rumah (atau eks rumah) yang bersebelahan langsung rumah keluarga Rais. dan suaminya pun, salah satu rumah keluarganya, juga bersebelahan dengan rumah lain dari the RAIS.
Saya masih ingat betul: 1999. SCTV, acara Liputan 6. Sekitar jam 6an sore. Satu-satu setengah jam pasca TPS tutup. Hitung cepat format exit poll menunjukkan (sementara) PAN (Partai Amanat Nasional) di urutan kedua dibawah PDIP. Sayangnya, setelah keseluruhan hitung, PAN cuma urutan 5 dengan 7.528.956 suara dan hanya 35 kursi DPR. Bandingkan PDIP yang mendapat 35.689.073 suara dan Kursi DPR mencapai 154.
Lagi-lagi masih SCTV, tapi kini pilpres 2004, pilpres pertama langsung di Indonesia. Juga Liputan 6, sekitar jam 6an sore. Amien Rais dan Siswono Yudho Husodo di urutan dua dibawah SBY-JK, bahkan Amien-Siswono diatas Megawati-Hasyim Muzadi. Tapi penghitungan keseluruhan, Mega-Hasyim jadi urutan dua dan harus dilakukan pilpres putaran dua, dan SBY-JK yang menang.
Apesnya, Mas Han pun gagal di level Walkot (Kotamadya Yogyakarta) disaat kemudian hari si pemenang / Walkot terpilih korupsi sangat masif untuk ukuran APBD sederhana Kotamadya Yogya yang masih amat bergantung Dana Keistimewaan (saya di DPR, secara tidak langsung ikut aktif mendalami RUU DIY, literal memberi advice sebagai intern, disamping RUU lain).
Pak Amien gagal menjadikan “Rais family” semacam “House of Kennedy”, “House of Bush”, atau di Indonesia “House of Harto / Cendana”, “House of Soekarnoputri”, “House of Bakrie”, “House of Wahid”, “House of Yudhoyono”: paling mentok tertinggi anaknya adalah anggota DPR disaat Pak Amien sendiri mantan Ketua MPR.
Bayangkan Kota Yogya dipimpin lulusan LKY Public Policy. Alih-alih mendapat Walkot Koruptor. Kalau selevel Bupati Sidoarjo, 780 km dari Jakarta, bisa mendapat gratifikasi-korup 15 miliar dari SATU kado, angka korupsi di Kotq Yogya sepertinya jauh lebih besar dari yang diberitakan. Amat banyak hotel, amat banyak kos, amat banyak kampus di area KOTA, apalagi kalau ditambah KABUPATEN Sleman. Siapa tahu dengan sukses membenahi Kota, menjadi pijakan membenahi yang lebih besar. Lihat saja Jokowi (Solo ——> Provinsi DKI ——> Indonesia), atau (belum pasti tapi sering dsebut) bakal calon Wapres Ridwan Kamil (Bandung ——> Provinsi Jawa Barat). Sayang betul Mas Han kalah atas koruptor.
Saya ingat betul “nyelekit” ucapan teman saya —teman super dekat yang “bertaruh nyawa” satu sama lain pun kami sanggup: Pak Amien bukan lagi elit PAN (pun kini bikin Partai baru), bahkan sejak lama PAN dikuasai orang-orang lain — yang literal beneran pengusaha masif (Soetrisno Bachir, Hatta Rajasa, kini Zulkifli Hasan). Tapi dalam standard teman saya, kehidupan Pak Rais amat mewah — yang dalam skala pembicaraan kami, “semewah itu” kalau anaknya atau siapanya jadi minimal Menteri dan atau posisi strategis Ketua DPR atau Ketua MPR. Mas Han tidak pernah sampai level Ketua DPR, bahkan wakil Ketua DPR pun tidak. Teman saya tidak sedang iri mewahnya (gaya) hidup the Rais: ayah ibu teman saya pengusaha dari nol, ngerti ngumpulin duit dari 0. Dia justru punya gambaran “kalau semewah gini hidupnya, harusnya punya posisi mentereng apalah apalah.”
Mudah-mudahan takdirnya HI UGM (Pak Amien Rais HI UGM) yang tertunda menjadi Presiden (Pak Amien gagal) jatuh pada saya. amin ya rabbal alamin.
==========
Secara sistematis dalam google melakukan “perusakan” kata kunci nama saya dengan hal-hal buruk/fitnah. Disaat berulang kali saya melakukan koordinasi dengan KPK untuk kasus-kasus “yang tidak bisa saya sebutkan”.
Melakukan percobaan pembunuhan terhadap ibu saya, dengan membuat ibu saya hampir tergilas truk di ring road Yogya
Menghambat karir
Saya kadang lebih suka Wulan mati cepat. Beserta hewan-hewan peliharaannya (para penyembah Wulan, warga HI UGM dan bahkan HI lainnya, yang sistematis membunuh saya). Tapi jika rezim seotoriter Orde Baru menyiksa Jenderal Bintang 5 AH Nasution dan AH Nasution tidak pernah membalas (malah Nasution membangun masjid klasik-indah bernama Masjid Cut Meutia di Menteng—yang jelas amat mahal secara harga tanah), puluhan tahun keluarga Nasution disiksa Orba - Soeharto, seharusnya saya bisa lebih sabar pada Wulan, si pembuat kerugian (bagian dari pembuat kerugian, tidak sepenuhnya, tapi terlibat) sehingga kabur-pindah kerjaan ke tempat lain. Her fraud, suatu saat “held accountable”, tapi oleh orang yang jauh lebih pintar dibanding saya yang mengadili Wulan. Juga hewan-hewan penyembahnya. Mungkin suatu saat Wulan lebih ingin mati cepat dibanding disiksa di dunia.
Saya benar-benar takut mimpi itu nyata: sedemikian putus asa Wulan untuk hidup, setelah puluhan tahun bersama hewan-hewannya menghajar saya dan membunuh ibu saya (tapi gagal), Wulan hanya bisa meminta tolong ke Mrs Prada. Orang yang tahu betul, mungkin, jauh lebih murka dibanding saya sendiri, atas perlakuan yang saya alami. Fraud triliunan, kebodohan, inkompetens. Tebing Wulan untuk jatuh sedama-dalamnya tinggal menunggu waktu. Saya ga perlu menyerang SATU KALIPUN kepada Wulan dan hewan-hewannya, sama seperti Nasution yang tidak pernah sekalipun melawan (secara fisik) Soeharto yang menghajar dirinya dan keluarganya puluhan tahun - padahal sama-sama Jenderal Bintang 5. Saya dan Wulan sekelas pun, tidak cuma seangkatan HI UGM.