Menteri Basuki Hadimuljono korban tak terduga Jokowi vs PDIP [ps: LPDP Ultrakaya diajak ke APEC, Basuki malah tidak]
Basuki dan Jokowi sama-sama Solo. Sama-sama UGM meski beda Fakultas
San Francisco 11.11pm
Sebetulnya banyak indikator atau aspek ‘penting ga penting’ suatu acara atau pertemuan. Mungkin perlu dikasih lebih konteks bahwa Mochamad Basuki Hadimuljono dan ‘Jokowi’ Joko Widodo sama-sama Solo dan sama-sama UGM meski beda Fakultas [Basuki teknik, Jokowi kehutanan yang cuma 30 kaki dengan rektorat UGM, fakultas terdekat rektorat kami yang UGM - UGM ini].
President ‘Jokowi’ [Joko Widodo] BEGS to Biden to end genocidal in Gaza by Israel, in the White House
for the sake of humanity
Plestia Bosbos Alaqad, symbol of women in Gaza and symbol of journo in Gaza, begs the world to end genocide in Gaza
Tapi bahwa Jokowi ingin ‘mengemis belas kasihan’ Presiden Biden agar menyetop genosida di Gaza oleh Israel [seperti dulu sekali Ronald Reagan kepada Menachem Begin untuk berhenti meng-genosida Beirut pada 1982], sebetulnya ada juga harapan bukan cuma isu Gaza dan isu climate change.
Tentu saja ibukota yang ultramahal karena harus dibangun dari nol, IKN NUSANTARA, disaat kebetulan sekali bahwa Amerika sudah terlanjur selesai memugar kompleks kedutaan besar di Jakarta menjadi supermegah dibanding bangunan awalnya, selesai sejak 2017.
DASAR, karena ya raja properti, sejak jadi Presiden, Trump sudah punya angan-angan agar Hotel Trump berdiri berdekatan dengan [pasca renovasi] kedubes Amerika di Indonesia dan mungkin proyek-proyek bangunan kedubes Amerika lainnya. Trump bekerjasama dengan Hary Tanoe, dan kebetulan MNC Complex cuma terpisah jalan raya selebar 20 meter dengan kedubes Amerika. Entah apa yang terjadi, tapi ‘Hotel Trump’ ini kini bernama Hotel ParkHyatt. Trump dan Hyatt sudah bekerjasama sejak 1978, bisa dicek di wikipedia.
Logikanya negara yang terlanjur memugar kedubes jadi super wah dan atau berbiaya triliunan rupiah, akan sulit sekali bangun kedubes lagi jika suatu negara memindahkan ibukota. Indonesia bahkan pernah kedubesnya cuma seperti ruko di Berlin pasca pindahan ibukota Jerman / Jerman Barat dari awalnya Bonn dan kemudian karena dua Jerman bersatu, sepakat ibukotanya Berlin.
Berbagai negara yang kedubesnya jadi super wah di Jakarta antara lain Perancis [sebelah Sarinah], jadi gedung amat futuristik. Lalu Jepang, yang sepertinya mustahil untuk pindah karena pagar depan kantor kedubes Jepang langsung berhadapan stasiun MRT bundaran HI, simbol proyek kebanggaan Jepang.
Lalu Australia yang pindahan dari Rasuna ke Patra Kuningan, dan jadi bangunan kedubes Australia terbesar di dunia [bahkan dibanding Kedubes Australia di London atau DC] karena Australia anggap Indonesia mahapenting.
Jadi agak susah Australia bangun lagi kedubes di IKN. Apalagi bangunan lawas kedubes Australia di Rasuna belum terjual. Saya pernah melihat [dari LRT, sehingga posisinya jadi lebih tinggi] tetap ada staf operasional ‘bule’ dan ‘lokal’ sesekali mengecek, mungkin pemeliharaan ringan, di dalam kompleks kedubes Australia di Rasuna / bangunan lama.
Lalu Inggris yang bangunan baru di sebelah persis kedubes Australia yang baru di Patra. Konon bangunan lama Kedubes Inggris di Bundaran HI mau dibeli pemerintah provinsi Jakarta dan kemudian digabung dengan Bundaran HI, akan ditata ulang lalu lintas Sudirman - Thamrin karena gabungan lahan bundaran HI dan kedubes Inggris akan dijadikan taman terintegrasi dengan MRT dibawahnya.
Sampai sekarang masih mangkrak kedubes Inggris yang lawas dan sulit sekali lihat ‘isi’ karena pagar jauh lebih tinggi dibanding kedubes lawas Australia dan banyak pohon, kecuali jika anda berada di Deutsche Bank building, tempat puluhan kantor berita asing berkantor di Jakarta.
Harapan pemerintah Indonesia, logisnya, tinggal negara-negara yang kedubesnya tergolong uzur, antik / vintage, yang kadang tidak mencerminkan gigantic skala dagang Indonesia dengan negara tersebut. Antara lain Jerman [seberang Menra BCA], China [Mega Kuningan], Uni Emirat Arab [tepi jalan Dr Satrio], Saudi Arabia [rasuna, seberang gedung KPK lawas / lama].
Investor akan terpacu menanam investasi di IKN jika ada negara yang sudi bangun kedubes di IKN sesegera mungkin. Beban berat bagi Basuki [juga memang otorita IKN secara keseluruhan]. Tapi Basuki Hadimuljono sudah berkutat dengan IKN jauh hari sebelum otorita IKN dibentuk. Bisa dikata, diluar Jokowi, Basuki Hadimuljono adalah ‘Bapak IKN.’ Bukan cuma sama-sama Solo atau UGM.
Sayangnya, atau lucunya, Basuki di Jepang. Disaat sebetulnya bisa secara strategis, diajak Jokowi dalam kunjungan ke Gedung Putih Washington DC / bilateral dengan Biden, dan APEC di San Francisco.
President ‘Jokowi’ [Joko Widodo] BEGS to Biden to end genocidal in Gaza by Israel, in the White House
Plestia Bosbos Alaqad, symbol of women in Gaza and symbol of journo in Gaza, begs the world to end genocide in Gaza
Meski ASEAN selalu dua kali SUMMIT / KTT tiap tahun dan Jokowi mungkin masih jadi Presiden, bisa dikata forum strategis APEC adalah forum KTT terakhir untuk Jokowi yang levelnya lebih tinggi dibanding ASEAN.
G20 Summit di Brasil tahun depan, akan kembali ke November, tidak lagi September seperti tahun ini permintaan khusus India [antisipasi musim dingin dll]. G20 Rio de Janeiro, Lagoon Complex, 18-19 November 2024, setahun plus 2 hari dari sekarang. Jokowi hari terakhir kepresidenan pada 19 Oktober 2024.
Disaat Basuki, yang secara strategis harusnya sangat useful disaat bilateral dengan Biden dan summit APEC untuk setidaknya berharap negara-negara APEC mau bangu kedubes di IKN, menteri yang paling struggle hidupnya tapi [stark contrastnya] punya anak buah anak orang amat kaya [dirut RS, atau malah pemilik RS] dan penerima LPDP [kaya dan penerima LPDP] malah ikut ke Amerika bersama Jokowi.
Ya memang APEC tentang dagang, jadi wajar kalau Pak Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan, ikutan ke Amerika [DC dan San Francisco] meski Wakil Menteri [Jerry Sambuaga] nonton Coldplay berjam lalu bersama istri. Pak Zul kebetulan hidup paling susah, mungkin, dibanding seluruh menteri post-era 1998 yang bisa saya cek kisah hidupnya. Jualan panci dari rumah ke rumah.
Tapi saat Wakil Menteri [Jerry Sambuaga] sempat ‘jualan Indonesia di Kuwait’ dan sesegera mungkin pulang ke Jakarta untuk Coldplay dan atau tidak ikut ke APEC, sementara anak buah lainnya selevel less 30 years, anak orang amat berpunya dan penerima LPDP miliaran rupiah, jadi weird. Apakah Pak Jerry yang termasuk langka karena masih amat muda dan amat pintar [Wamen termuda sepanjang sejarah Indonesia] kalah pintar dengan staf Zulkifli Hasan yang LPDP, kayaknya mustahil. Apakah LPDP Columbia ini jadi penghubung Jokowi agar [Jokowi] bisa beri kuliah umum / seminar di Stanford [bukan Columbia], KAYAKNYA bukan karena peran dia si LPDP ini.
Nama tidak akan disamarkan.
New York, Geneva, Jakarta. Cuma jalan-jalan keseringan di NYC. Anak Direktur RS di Jakarta. Masuk Kementerian. Memaksa memakai LPDP tuk kuliah di Harvard meski sangat mampu bayar sendiri. Keserakahan absolut.
Another greedy LPDP
Tapi kalau Jokowi merasa IKN itu mahapenting tapi ‘bapak satunya IKN’, Basuki, tidak diajak, mensyaratkan suatu kebingungan yang mungkin merujuk permusuhan Jokowi dan PDIP.
Jauh sebelum konflik PDIP - Jokowi, atau diasumsi ‘megawati menolak permintaan Jokowi agar PDIP membantu 3 periode’, kedua pihak [Jokowi dan PDIP] bangga bahwa Basuki tidak lagi murni profesional / karir / non partai tapi sudah resmi jadi anggota PDIP pada awal 2022. Saya menulis bahwa Jokowi mungkin ‘berubah’ menjadi perlahan semi-diktator karena ketakutan IKN dimangkrak-kan, dibesituakan, utamanya oleh Anies Baswedan, bahkan sekalipun Anies peluangnya super kecil tuk menang pilpres.
Jokowi ingin 3 periode tapi terganjal Megawati. Thwarted by Megawati
Tapi bahwa kesulitan pendanaan IKN harusnya menjadi lebih longgar jika berbagai negara bersedia bangun kedubes di IKN [maksud: akan mendorong investor lebih masif ikutan ke IKN], ternyata Menteri Basuki tidak diajak ke Amerika.
Dan sebagai orang yang sudah pernah di DPR dan mengerti betul lalu lintas berpolitik kementerian, saya cuma bisa menyimpulkan, Basuki korban permusuhan Jokowi dengan PDIP.
Sekali lagi bayangkan. LPDP yang ga penting-penting amat bahkan dibanding Wamen Jerry [orang yang mungkin membantu langsung Gibran, anak Jokowi, menjadi kader Golkar dan atau membantu proses pencawapresan Gibran] malah ke APEC, tapi Basuki malah tidak ikutan, menyiratkan bahasa / kode super halus dari Jokowi betapa dalamnya permusuhan Jokowi dengan PDIP terhadap menteri yang kebetulan kini anggota PDIP.
Secara personal non menteri, saya lebih sedih, jika ternyata ‘you harus lpdp sehingga bisa jadi delegasi Jokowi’ sementara banyak sekali ekonom - ekonom jauh lebih pinter, masih amat muda, lulusan luar negeri, non lpdp ga dipakai JOKOWI dalam hal APEC atau hal lain. Enak betul bukan LPDP apalagi amat kaya. Sudah super kaya dari lahir, kuliah di LN dibayar pemerintah, kemudian dapat privilege jalan-jalan lagi ke LN dibanding non LPDP demi kinerja pemerintah. Tapi memang kontras, menteri yang hidup dari super nol, jualan panci [Zulkifli Hasan], stafnya ultra kaya dan menikmati subsidi super mahal bernama LPDP.