Muhaimin, Youngest Ever Vice Speaker Parliamentary in the World, Valedictorian Harimurti Yudhoyono, and Matori Abdul Jalil
(Muhaimin, with eyeglass. Ganjar Pranowo, without eyeglass. Ganjar run as Presidential candidate but not yet have a VP. Muhaimin run as VP, pairing with Baswedan)
Jakarta 3.33pm / DC 4.33am
I’m sorry for English-speaking readers. This is for Indonesian-local but if you are still interested, maybe use a translation. A some weird, tricky towards Indonesia Presidential Election 2024 - next year (same year as US Election). Election 2024 in Indonesia now very exciting because the youngest ever Vice Speaker of Parliamentary (after Indonesia Election 1999, appointed to be Vice Speaker but just 33 years old) to be contender on Presidential-VP Race next year.
Election will be held on Valentine's Day 2024 (February 14th, 2024). For a long time, the Indonesian government set-up Election Day (must) on Wednesday: not too close to Monday, but not too close to the weekend. So everyone (eligible) can give a vote. Election Day in Indonesia is actually a national holiday, to make sure everyone is calm at the poll station, not too much thinking about daily workday.
START READING:
*tulisan sangat triggered, full rant, terlalu explicit content-vulgar menjelaskan politik Indonesia
Banyak orang kagum dengan Abdul Muhaimin Iskandar, sebagian yang 4-5 dekade berpolitik juga “kagum” karena Muhaimin amat gesit, licin, terlepas amat rendahnya elektabilitas dirinya. Menurut riset terbaru Lembaga Survei Indonesia, elektabilitas Imin cuma 0.4 persenan. Bahkan dibanding AHY, angka 0.4 persen amat kecil karena elektabilitas AHY 5 sekian persen, meski jelas amat jauh pula dibanding Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya sama-sama sudah mencapai 97an persen. Maksud sama-sama 97an persen artinya 97 persen yang disurvei memang yakin bahwa opsi Capres adalah dua sosok ini, tingkat pengetahuan publik “oh ini si Capres ya”, sudah mencapai 97%. Imin cuma NOL KOMA.
Bagi banyak sekali usia kepala 3 di Indonesia, melihat karir Imin pasti timbul iri: di usia 33 tahun, pada 1999, Imin sudah jadi wakil Ketua DPR. Wakil Ketua Parlemen termuda sedunia, bahkan sampai saat ini. Keterbatasan jumlah kader yang benar-benar setia pada almarhum Gus Dur, membuat Gus Dur “secara kecelakaan” justru menjadi Presiden Indonesia pasca Habibie, membuat Imin terpilih, atau ditunjuk Gus Dur untuk pos Wakil Ketua DPR. Kemudian hari, Gus Dur “dibunuh secara karir, legitimasi, warisan politik” justru oleh lingkaran dekat Gus Dur sendiri: Imin dan almarhum Matori Abdul Jalil.
Suatu cerita, meski saya bingung sebetulnya saat membaca blog anaknya Gus Dur (Mba Alisa), Mba Alisa bercerita, di puncak-puncaknya perkelahian Gus Dur dan Imin, dan di jelang hari-hari terakhir Gus Dur sebelum wafat, Mba Alisa bercerita bahwa Gus Dur pernah tidak punya uang sama sekali.
Saya amat bingung, tapi juga amat sedih, karena setahu saya Kemenkeu / Kementerian Keuangan (atau dulu artinya Depkeu / Departemen Keuangan) pasti memberi gaji atau insentif minimal 25an juta kepada Mantan Presiden (15an juta kalau Mantan Wakil Presiden, bahkan sekalipun keluarga Kraton Yogyakarta, pasti tetap ditransfer, yaitu pernah Wapres Indonesia adalah Hamengkubuwono IX, ayah HB X yang kini masih jadi Sultan). Tentu saja saya bingung “apa pemerintah lupa berbulan-bulan kirim uang ke Gus Dur, di bulan-bulan terakhir sebelum Gus Dur wafat.”
Setahu saya, kini, menyesuaikan inflasi, insentif Mantan Presiden menjadi 100an juta sekian, sementara Mantan Wakil Presiden dikirimi 75an juta. Insentif ini berlangsung sepanjang masa, yang artinya, jika wafat, pasti diterima keluarga. Misal artinya, Megawati dan almarhum Soekarno, artinya keluarga Soekarnopotri (setahu saya) menerima dua set insentif. Keluarga almarhum Bung Hatta juga masih terus menerima insentif ini. Presiden Joko Widodo tentu juga akan menikmati insentif ini pada 2025 dan selamanya.
Yang jadi persoalan, disaat berbagai pihak “wih keren 33 tahun aja jadi Wakil Ketua Parlemen”, adalah fakta dalam 24 tahun setelahnya, sekalipun pernah jadi Menteri, Imin “gabisa mencapai hal lain.” Bahkan saat menjadi Menteri pun, Imin terkena kasus korupsi (tapi belum pernah bisa dibuktikan).
Begini: kalau sejak 1999 jadi Wakil Ketua Parlemen, tapi baru 2023 bisa menjadi kandidat (99% resmi) Wapres untuk Pilpres 2024, tapi elektabilitas cuma 0.4 persen, maka ada yang salah dari figur Imin, terlepas mungkin NU solid memilih Imin di 2024—meski belum tentu NU yang sangat Gus Dur banget (*baca: murka kepada Imin atas konflik Imin - Gus Dur).
Maka saya ketakutan betul, stuck yang dialami Imin, dan ultra rendahnya elektabilitas Imin, adalah kualat kepada Gus Dur. Sebagai warga Muhammadiyah saya berusaha meyakini Gus Dur punya Karomah, levelnya dibawah (total) 25 Nabi dalam Islam.
Saya sendiri lebih iri dengan Alwi Shihab karena pernah menjadi Menlu. Ya karena saya HI.
Tanpa bermaksud merendahkan almarhum Gus Dur, bagaimanapun Gus Dur menjadi Presiden adalah kecelakaan, ya tentu saja juga karena “peran” Amien Rais (Muhammadiyah, PAN). PDIP menang pemilu 1999 dengan 35,689,073 suara, hampir sebanyak total populasi Jawa Barat berapapun usianya di 2023 (24 tahun pasca 1999). Total suara PKB cuma 13,336,982 saja. Wajar Gus Dur jadi Presiden justru kecelakaan politik. Meski kemudian Mega jadi Presiden, juga karena “peran” Amien Rais.
Maret 2000, almarhum Matori Abdul Jalil diserang oknum tak dikenal, dan dirawat di RS Pasar Rebo. Almarhum Gus Dur sampai repot-repot menjenguk. Banyak orang menduga bahwa serangan kepada Menteri Pertahanan (jabatan Matori Abdul Jalil) adalah tindakan “pemanasan” sel-sel teroris sebelum bom Natal 2000.
Tapi 2001-2003, terjadi seteru antara Matori - Gus Dur, bahkan sempat terjadi “PKB Kubu Matori” dan “PKB Kubu Alwi Shihab (linkage dengan Gus Dur).” Meski kemudian berdamai pada Juli 2003, jelang pemilu.
Tapi sebagai orang awam, saya selalu merasakan bahwa (kemudian) Matori terkena stroke dan wafat 2007, karena kualat kepada Gus Dur.
Saya takut Imin sebetulnya kualat pada Gus Dur tapi ga sampai dihukum dengan nyawa. Secara personal, saya takut jika sampai dikutuk Kiai Haji.
=====
Saya merasakan betul ada beban “WAH” kalau seseorang punya capaian “WAH” juga padahal tidak harus demikian. Misal, suami Putri Tanjung, (si suami bernama) Guinandra Jatikusumo menikahi anak Chairul Tanjung — salah satu orang terkaya di ASEAN, adalah lulusan terbaik (Valedictorian) Taruna Nusantara, sekolah yang—-mungkin, pernah jadi termahal biaya per siswa se-ASIA setidaknya 1993-1996, dan termahal se-ASEAN setidaknya 1993-2004.
Jadi karena AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) adalah Valedictorian 1997 Taruna Nusantara, dia harus mencapai capaian wah. Adik saya sekitar 10 besar lulusan terbaik Tarnus.
“APAPUN DEMI AHY”, dan ndilalah bukan hanya karena AHY Valedictorian, tapi karena ayahnya Presiden 2 periode: Susilo Bambang Yudhoyono. Megawati bahkan cuma kurang dari 3 tahun jadi Presiden, sebagai perbandingan.
“APAPUN DEMI AHY”, dimana bahkan meski Anies Rasyid Baswedan, anti Chinese Oversease (meski beberapa high ranking nya adalah Chinese Overseas) dan (menurut beberapa analis, dan saya yakini juga) “Anti China (Beijing, maksud: cukup berjarak dengan pemerintah China), pemenang Konvesi Capres yang dilakukan Demokrat pada 2014, tidak dilirik oleh SBY saat itu (2014).
*dua kali: pasca Konvensi Demokrat 2014, dan tentu 2023, saat Anies memilih Muhaimin, sehingga Demokrat batalkan dukungan untuk Anies.
9 Tahun kemudian, AHY dianggap merajuk “harus jadi Cawapresnya” Anies, dan Anies lebih memilih Imin (PKB). Kebetulan PKB lebih besar mendulang suara pada Pemilu 2019 dibanding Partai Demokrat. PKB pada pemilu 2019 mendapat 13,570,097 suara, sementara Partai Demokrat hanya 10,876,507 saja.
Andai dulu SBY “mengeksploitasi” lebih jauh Anies Baswedan, mungkin kejadian politik Indonesia 2023 tidak seperti saat ini. Tapi problemnya, SBY adalah (mantan) Presiden dua periode (10 tahun), anaknya Valedictorian, maka anaknya harus — menurut SBY, kalau gabisa jadi Presiden minimal jadi Wapres, entah tahun berapa. Entah bagaimana caranya.
====
Tapi anda tidak perlu minder dengan Imin sudah jadi Wakil Ketua Parlemen di usia 33 tahun. Di usia 33 tahun, seseorang jahat, amat jahat kepada saya belasan tahun, bikin kerugian triliunan tanpa merasa bersalah di TRAVELOKA dan di TOKOPEDIA - GOJEK, dan jahat ini akan dianggap sukses dan WAH karena amat cantik. Di usia 35 tahun, 3 anak laki-laki yang masuk top 20 lulusan sekolah bergengsi (artinya 3 sekolah) bersekongkol membunuh perempuan tua (ibu saya) di jalanan dengan bersekongkol dengan puluhan orang da multi pihak termasuk perusahaan rokok.
Saya amit-amit banget kalau sampai dikutuk kualat sama orang yang punya Karomah seperti almarhum Gus Dur. 33 Tahun Wakil Ketua Parlemen (1999), termuda dalam sejarah dunia, ga ada satupun lebih muda dari Imin dalam hal Wakil Ketua Parlemen negara manapun, tapi kualat ke Gus Dur, untuk apa.
========END————
Thank you, as always, for reading. If you have anything like a spark file, or master thought list (spark file sounds so much cooler), let me know how you use it in the comments below. Thank you so much for letting me vent! If you enjoyed this article, you can give pledge to me same as 25 subscribers (click PLEDGE button) or simply share this article with a friend. It helps me more than you realise.
If you enjoyed this post, please share it.
______________
Professor Hendrik, Professor Eric, and another person, Prof David A. Andelman, former Bureau Chief NYTimes recommended my substack, also some Chief Technology of Financial Times (FT) recommended my substack, not only subscribe. I'd be happy to get more & more PLEDGE and recommendations for better crafted writing (via Bank Central Asia (with my full-name ADI MULIA PRADANA, clearing code 0140119, account number 0201558866 or via STRIPE. For me, prefer Bank Central Asia).
If a friend sent this to you, you could subscribe here 👇. All content is free, and paid subscriptions are voluntary.
——————————————————————————————————
-prada- Adi Mulia Pradana is a Helper. Former adviser (President Indonesia) Jokowi for mapping 2-times election. I used to get paid to catch all these blunders—now I do it for free. Trying to work out what's going on, what happens next. Now figure out and or prevent catastrophic of everything.
(Very rare compliment and initiative pledge, and hopefully more readers more pledges to me. Thank you. My note-live blog about Russia - Ukraine already click-read 6 millions, not counting another note especially Live Update Substack (mostly Live Update Election or massive incident)
=======
Thanks for reading Prada’s Newsletter. I was lured, inspired by someone writer, his post in LinkedIn months ago, “Currently after a routine daily writing newsletter in the last 10 years, my subscriber reaches 100,000. Maybe one of my subscribers is your boss.” After I get followed / subscribed by (literally) prominent AI and prominent Chief Product and Technology of mammoth global media (both: Sir, thank you so much), I try crafting more / better writing.
To get the ones who really appreciate your writing, and now prominent people appreciate my writing, priceless feeling. Prada ungated/no paywall every notes-but thank you for anyone open initiative pledge to me.
(Promoting to more engage in Substack) Seamless to listen to your favorite podcasts on Substack. You can buy a better headset to listen to a podcast here (GST DE352306207).
Listeners on Apple Podcasts, Spotify, Overcast, or Pocket Casts simultaneously. podcasting can transform more of a conversation. Invite listeners to weigh in on episodes directly with you and with each other through discussion threads. At Substack, the process is to build with writers. Podcasts are an amazing feature of the Substack. I wish it had a feature to read the words we have written down without us having to do the speaking. Thanks for reading Prada’s Newsletter.
Wants comfy jogging pants / jogginghose amid scorching summer or (one day) harsh winter like black jogginghose or khaki/beige jogginghose like this? click
Headset and Mic can buy in here, but not including this cat, laptop, and couch / sofa.