Kaesang dan Jalan Sunyi "Kepala Kucing" (A Lonely Step of Kaesang, Youngest Son of President Jokowi)
This is for Indonesian readers, and I try (again) to use (more) Indonesian language (after Riot in Yogyakarta), (now writing) about the youngest son of President Jokowi. (use Indonesian) not because viral a lawmaker in Indonesia angry because some Mining CEO cannot speak Indonesian (*he/this lawmaker was a director for multiple Global Banking since 1980 and still fluent Indonesian, as well English, French, Japanese, etc). I’m sorry if global readers cannot read entire this (Indonesian) note, but if you interested with President Jokowi (*until 480 days of WAR between UKRAINE - RUSSIA, only Jokowi until now who visited Kyiv & Moscow to make peace / mediation) and his family, you can use google translate.
========== STARTED STORY:
Sampai hari ini Kaesang bersikukuh untuk tetap di acara-acara TV dibawah NET TV, didirikan Wishnutama (dulu Menparekraf, kini kembali ke NET TV membenahi keuangan NET TV yang hancur), bahkan disaat Jokowi amat mesra dengan Hary Tanoe, pemilik MNC GROUP, media terbesar di ASEAN (*secara kapitalisasi pasar, secara total pendapatan, lebih besar dibanding monopoli media Singapore MEDIA CORP dan media milik Thaksin di Thailand).
Bisa jadi saya nulis lagi tentang Kaesang di waktu lain. Tapi bahwa hari ini (Sudah pagi di NKRI, Sabtu / Saturday, 10 Juni) saat Kaesang (resmi) melalui video buatannya sendiri untuk maju Pilkada Depok Jawa Barat, dan (TENDENSI) akan ikut pilkada via PSI (Partai Solidaritas Indonesia) dan bukan seperti ayah (PRESIDEN) - kakak kandung (WALIKOTA SOLO) - kakak iparnya (WALIKOTA MEDAN) yaitu via PDIP. Sampai-sampai dalam video, diawali dengan “saya sudah izin kepada keluarga saya.”
(*In this photo, Kaesang & Prabowo. Prabowo is Chief of Gerindra, not PDIP, not PSI)
Saat menyimak baik-baik video, yang terlintas di otak saya: “lebih baik jadi kepala kucing daripada ekor harimau”, suatu analogi yang sering dianggap egoistik, tapi juga dianggap “berani, memulai dari nol”, serta analogi “semangat kewirausahaan”, tapi mungkin saya menangkap kegelisahan: (MUNGKIN) KAESANG merasakan ayahnya dihina dan maka dia memilih menjadi “Kepala Kucing.” Biarkan saya menjelaskan pelan-pelan.
(Ade Armando Critical Thinker amat cerdas, amat pro Jokowi, kini PSI)
Sebetulnya (ego “KEPALA KUCING”) Kaesang ini mengkhawatirkan setidaknya bagi saya yang…. bukan hanya ambles miliaran harta sendiri (*dan bahkan MINTA harta ratusan juta adik saya) demi ego “KEPALA KUCING” yang saya benakkan dalam-dalam: saya berusaha bangun merk sendiri dari nol, bersama orang lain, dan hancur. Dan secara intrinsik dan ekstrinsik, (ex) partner saya justru menikam dari belakang secara sistematis.
Tapi izinkan balik lagi ke masalah NET TV.
Bahwa Kaesang masih aktif dalam produksi-produksi NET TV disaat dirinya tidak lagi ngetwit per 30 April 2023, (PADAHAL) acara-acara NET TV bisa dia popularkan sering-sering via twit pribadinya, menunjukkan “dia punya cara lain bagaimana agar NET TV survive atau minimal tayangan dirinya tetep banyak ditonton tanpa dia harus pakai twit untuk memamerkan/mempopulerkan.” Bahkan istrinya (Erina) baru bikin akun twitter Maret 2023 dan cuma 7k followers.
Padahal, sekali lagi, NET TV masih berdarah-darah secara keuangan. Saya cukup kaget salah satu ujung tombak pemberitaan NET TV, Marisa Anita, kini di SEA TODAY, TV pemerintah disamping TVRI (karena SEA TODAY dibikin TELKOM GROUP) sebagai gambaran (mungkin) desersi atau perpindahan ini karena di SEA TODAY dianggap lebih menjanjikan: uang tak terbatas dari BUMN.
Kaesang bisa lebih santai-santai jika di MNC Group. Bahkan selentingan Hary Tanoe akan jadi Menkominfo baru menggantikan Johny Plate, tapi Kaesang bersikeras mengisi acara di NET TV yang masih-dan-sedang berdarah-darah, bukan di MNC Group (RCTI, MNC TV —- dulu TPI, Global TV, iNEWS).
Kaesang juga tidak pernah menyentuh bisnis mebel ayahnya, dan bahkan setelah berkongsi bersama kakaknya (Gibran) di dalam Martabak dan Katering lainnya, dirinya ingin bisnis terpisah. Secara jujur dan normatif, dia bahkan menanggapi (di twitter) kalau Kaesang dan Gibran “saling bersaing”: ada banyak bisnis keduanya berhadap-hadapan letaknya. Kembali: mulai dari NOL.
Mostly Kaesang berbisnis dengan Chinese Overseas (Tionghoa) di Indonesia, sama seperti (apesnya) saya.
Salah satu pembanding sempurna untuk Kaesang adalah Ahok. Punya reputasi menertibkan habis-habisan Jakarta, “TIM KHUSUS 24 JAM” memperbaiki jalanan berlubang dikit, atau sungai kotor dll semua dilapor dan PASTI DIPERBAIKI hari itu juga. Dibela habis-habisan oleh PSI (Partai Solidaritas Indonesia) saat disidang-dan-kemudian dipenjara. Setelah bebas dari penjara, Ahok memilih gabung dengan PDIP alih-alih PSI. Ahok, punya reputasi super berani, pemarah, “bodoamat”, penertib, tidak cukup berani menjadi “kepala kucing” tapi justru “ekor Harimau”, lebih tepatnya “ekor Banteng” (PDIP logonya Banteng).
Atau mungkin Kaesang terinspirasi Erick Thohir, dianggap “KEPALA EO” pernikahan Kaesang - Erina. Tidak berasal dari parpol, dan kini jadi rebutan banyak parpol. Bangun nama dari bisnis, kemudian jadi rebutan parpol. Kedekatan Kaesang dengan ET bukan cuma karena pernikahan tapi juga olahraga dan bisnis. Sangat wajar pula jika Kaesang memilih “KEPALA KUCING” (juga) karena terinspirasi Erick Thohir.
Tapi saya lebih khawatir: Kaesang semakin tidak nyaman dengan apa yang harus dirasakan Jokowi. Tidak seperti kakaknya yang lebih duluan gabung PDIP (*karena juga lebih duluan berpolitik), Kaesang menunda dan tidak semuda kakaknya saat berpolitik. Memastikan dulu punya bisnis macem-macem (plus memastikan sudah menikah dulu), memastikan JAUH LEBIH LEKAT dengan Gen Z (*harus diakui Kaesang lebih lekat dengan Gen Z dibanding kakaknya), baru kemudian berpolitik. Pemilih pemula di 2019 cuma 17an juta secara nasional, dan untuk pemilih pemula di 2024 mencapai 90 juta, terima kasih atas ledakan penduduk di kurun 2004-2007 dari kalangan menengah atas Indonesia. Tidak bisa saya dapatkan angka pemilih pemula Depok.
“Tidak nyaman yang dialami Jokowi”, karena tidak tersandera seperti kakaknya yang jauh lebih cepat masuk PDIP, Kaesang lebih bisa melihat “OUT OF THE BOX” situasi. Dan bisa jadi bukan cuma ucapan “Petugas Partai”, tapi banyak sekali hal-hal implisit yang membuat Kaesang tidak nyaman bahwa Jokowi ayahnya “tidak ada apa-apanya” dibanding Megawati selaku Ketua Partai. Megawati cuma 2 tahunan jadi Presiden, dan langsung kalah di pilpres 2004. SBY (pemenang pilpres 2004 dan 2009), di tahun kesembilan pemerintahan, cuma punya approval rating 30-51%. Jokowi di tahun kesembilan, punya approval rating kepuasan 70-85%. “Ayah saya lebih disukai dan lebih mendapat kepuasan publik dibanding Yth Ibu Mega, tapi ayah saya terus-menerus dianggap rendah ya, kenapa harus begitu ya”
Bisa jadi saya menulis lagi tentang Kaesang jika Kaesang ternyata gabung PDIP. Tapi bahwa komando perintah PDIP nyaris semasif militer, “JIKA IBU MEGA BILANG A YA A”, dipenuhi / diamini 97% pemilih PDIP, dan dia (Kaesang) memilih (sepertinya) PSI untuk mobil politik seumur hidupnya, “KEPALA KUCING”, saya salut. “Ibu Mega bilang tolak Israel”, dan Ganjar Pranowo mengamini meski mendapat kecaman karena Piala Dunia U20 tidak jadi di NKRI, dan Ganjar benar-benar dipilih Megawati sebagai capres PDIP.
Mengerikan juga kalau Piala Dunia U20 jika tetap di Indonesia karena artinya Israel, akan berada di perebutan Juara Ketiga melawan Korea Selatan (*UPDATE: Israel beneran juara tiga, di Final Perebutan Juara 3, menang melawan Korea Selatan), artinya Israel akan berulang bermain di GBK dan termasuk untuk laga perebutan tempat ketiga yang pastinya akan di GBK, bukan di stadion lebih kecil dari GBK.
Bayangkan negara muslim terbesar dunia, tapi Israel (misal) sanggup jadi juara 3 Piala Dunia U20. Meski saya khawatir semuanya amblas dan Kaesang tidak siap menghadapi “AMBLAS TOTAL” apapun, utamanya imaterill daripada materiil. Meski saya kehilangan miliaran materiil, kerugian moral - materiil yang harus saya alami belum benar-benar sembuh. Ortu dibunuh (*untungnya selamat), nyawa sendiri hampir mati justru karena upaya pembunuhan ex partner.
Saya hanya khawatir Kaesang tidak siap jika kehilangan banyak hal. Maksud saya: roda berbalik, bahwa karena ALLAH SWT kasih Jokowi selalu menang apapun di politik (JOKOWI tidak pernah kalah dalam pertarungan politik apapun sejak di Solo), lalu ALLAH SWT menguji lewat Kaesang, saya khawatir Kaesang ga siap. Tidak terus-menerus suatu keluarga menang dan menang. Siapa tahu ALLAH SWT kasih ujian ke Jokowi bahwa anaknya kalah dan salah dalam berpolitik.
Saya terbebani panggilan “PRADA”, kadang, disaat PRADA identik bisnis mode, maka saya ingin jadi / puya merk bisnis lain. Tapi bahwa Om saya/Paman saya (sudah wafat karena covid), berdarah-darah dari NOL, dan setelah 40an tahun akhirnya brand nya sukses dan PASTI VIRAL di tiap kali Ramadan, selalu membebani saya agar saya bisa bikin brand sendiri. Dan meredakan luka imateriil “dibunuh” partner sendiri kadang lebih sulit dibanding keikhlasan kerugian materiil. Saya khawatir kerugian imateriil berpolitik yang bisa jadi akan dialami Kaesang, ternyata Kaesang ga siap, terlepas uang (materiil) Kaesang mungkin tidak terbatas dan atau kalau kalah pilkada, ga masalah hilang 50 miliar. Banyak cerita politisi langsung gila saat gagal jadi Bupati / Walikota / anggota DPR karena ludes setidaknya 9-15 miliar.
=========end——————
-prada- is a Helper. I used to get paid to catch all these blunders—now I do it for free. Trying to work out what's going on, what happens next. Arch enemies of the tobacco industry, (still) survive after getting doxed. After to be fastest Asia’s substack writer reaches 125k reads, now try to get 12.5 million reads.
(Very rare compliment and initiative pledge. Thank you. Yes, even a lot of people associated me PRAVDA, not part of MIUCCIA PRADA. I’m literally asshole on debate, since in college)
========
Thanks for reading Prada’s Newsletter. I was lured, inspired by someone writer, his post in LinkedIn months ago, “Currently after a routine daily writing newsletter in the last 10 years, my subscriber reaches 100,000. Maybe one of my subscribers is your boss.” After I get followed / subscribed by (literally) prominent AI and prominent Chief Product and Technology of mammoth global media (both: Sir, thank you so much), I try crafting more / better writing.
To get the ones who really appreciate your writing, and now prominent people appreciate my writing, priceless feeling. Prada ungated/no paywall every notes-but thank you for anyone open initiative pledge to me.
(Promoting to more engage in Substack) Seamless to listen to your favorite podcasts on Substack. You can buy a better headset to listen to a podcast here (GST DE352306207). Listeners on Apple Podcasts, Spotify, Overcast, or Pocket Casts simultaneously. podcasting can transform more of a conversation. Invite listeners to weigh in on episodes directly with you and with each other through discussion threads. At Substack, the process is to build with writers. Podcasts are an amazing feature of the Substack. I wish it had a feature to read the words we have written down without us having to do the speaking. Thanks for reading Prada’s Newsletter.