Kira-kira akhir Agustus tahun lalu. Ditengah ngetik laporan pajak puluhan supermarket, data covid yang perlahan melandai (tidak lagi mati 1000/hari, meski 900an), kebutuhan inventaris mesin amat besar yang harus dipesan ke LN, terselip dua notifikasi tagihan cloud. GoogleOne dan via Microsoft. Setelah bayar, saya coba lihat-lihat lagi folder. Dan ternyata ada yang tidak, lebih tepatnya luput dihapus. Foldernya ga terlalu besar, cuma sekian megabit.
Saya kira sudah menghapus semua foto Wulan sejak google hangout yang penuh cacian kebun binatang dari teman-temannya Wulan. Kepikiran konsul ke psikolog lebih dulu. Momennya juga nyaris berbarengan persiapan pernikahan sepupu. “Coba Wulan bisa nemenin kali ya, secara teknis gampang dari BSD”. Tapi tidak lagi sebanyak dulu yang terlanjur dihapus.
Sama seperti dialami AOC, setidaknya ada 8 akun palsu di FB atas nama saya yang dibuat Wulan &/ hewan-hewannya, 9 akun LinkedIn palsu, dan 5 akun twitter palus. Yang terus-menerus mengucap senonoh dan juga hal-hal fitnah kepada saya. Beberapa akun tersebut sudah dibuat sejak 2013. Akun LinkedIn saya bahkan sampai saat ini masih kalah dalam jumlah “pertemanan” dibanding akun palsu, dimana akun palsu mengatasnamakan saya dan terus-menerus melakukan fitnah di LinkedIn punya 2,100+ pertemanan. Saya baru berhasil takedown 2 akun LinkedIn. Saya bisa buktikan komplotan Wulan &/ hewan-hewannya berkoordinasi dengan TwitterID sehingga meski ratusan pertemanan saya di twitter melakukan report, akun palsu Twitter impersonate saya tidak akan bisa ditakedown.
Saya ga yakin siapapun HI UGM 07 mengingat, tapi saya ingat betul. Foto Wulan yang kopfstand, ga plek kopfstand sih, lebih tepatnya: Wulan suka banget (riya’, riya' enes, pamer) kerampingan badannya membentuk huruf N, nyaris di tempat-tempat ikonik dunia. Kayaknya yang paling saya inget yang dia (bentuk huruf N) di Iceland. Ya udah ga ada. Kehapus. Saya (yang terlalu ramping) aja malah gabisa gerakan kayak gitu. Terlalu banyak yang terlanjur permanen terhapus, meski masih ada yang (terlalu sedikit) tersisa.
Meski (saya tahu) akun IG Wulan kadang dibuka dan dikunci ( *kata temen saya* ), saya ga pernah mengecek IG dia lagi.
Saya ga perlu banyak foto Wulandari, karena saya ingat betul seindah apa Wulandari saat saya nunggu di lobby Melia Purosani. Sebelum jalan-jalan memutari Yogya.
Kebaikan yang benar-benar baik selalu membekas, dan (bagi orang-orang tertentu) membentuk atau terjadi semacam “raise the bar”. “Kalau dia bisa di level itu, harusnya saya bisa kali ya.” Kalau Wulan pernah berbuat baik sebaik itu, harusnya saya bisa membalas lebih baik untuk Wulan.
Saya adalah profesional ngebut di semua jalanan Yogya, bahkan sekalipun (suka pula) kecelakaan. Dengan motor. Saya selalu terpacu di Jalan Solo, kalau tiap kali ke rumah Nenek/Mbah Putri, dengan sangat ngebut, meski cuma Astrea 1994. Saya suka banget gestur kecil tangan ke pengemudi motor atau mobil lainnya kalau saya suka nyelip-nyelip, menanda “Ku balap ya elo”, tanpa membuat pengemudi lain marah–meski mereka mungkin terpacu pedal gas.
130km / jam pakai Astrea 1994 itu benar-benar sinting sih. Saya mungkin suka ngebut (bukan semata) karena bawaan SMA saya dulu dicap suka tawur ( *saya ga ikut geng-geng an — GIMANALAH YA ngePaskib, ngeMarathon, ga ada waktu ikutan tawuran LOL). Juga sempat (ga sengaja) dalam momen ditengah-tengah “KLITIH”--- sebetulnya para pelaku ingin menyerbu si motor, tapi saya ikutan dikejar—dan mereka gagal ngejar saya (Prada dilawan masalah ngebut motor di jalanan Yogya???? Tolong jangan bercanda yha). Tapi saya punya cacat: saya gabisa mengendarai mobil. Tidak seperti Wulan.
Wulan (minimal tahu) saya pernah ditabrak di Jakarta secara langsung, secara sengaja ditabrak, untuk dibunuh. Yang tidak lebih lengkap: kejadiannya berulang kali, bukan satu momen saya diburu. Maka saya dulu seneng banget saat Gojek, Uber, Grab (utamanya Gojek) ada opsi asuransi. Seingat saya Allianz. Jadi andai saya dikuntit meski sudah pakai kamuflase baju dan pakai ojol, saya (/keluarga saya) akan dapet ratusan juta kalau saya sampai mati dibunuh dengan cara ditabrak.
Saya entah berapa ratus kali melintas BSD. Baik Tol atau Rel Kereta. Anak buah saya suka banget (saat saya harus inspeksi hal–hal di BSD) ngebut di lajur kanan padahal bawa bawaan / muatan amat banyak.
Saya ga kebayang dulu, sedan kosongan, dikebut Wulan dari BSD ke suatu hotel di dekat Halim seberapa ngebutnya. Saya cuma ingat satu bangunan saja saat ditolong Wulan: Saudi Embassy di seberang KPK, dilewati saya dan Wulan. Saya ingat Saudi Embassy karena saat Wulan menolong saya, saat menoleh ke kiri (artinya melaju dari Rasuna ke arah Manggarai) saya melihat antrian amat padat dan berjilbab serta sarungan, yang (artinya) antrian visa haji, umrah, atau semacamnya. Tapi saya lupa rutenya (kemana aja). Mungkin Wulan lebih inget momennya karena … ya dia yang nyetir. Kayaknya sempat salah jalan atau berganti opsi stasiun. 2010 perkeretaapian ga serapi sekarang, masih kayak “neraka” (terima kasih Pak Jonan sudah memperbaiki). Menurut yang bisa saya ingat:
Halim - Rasuna Said - (maunya ke)Manggarai - tapi batal dan ditengah jalan - berganti ke Cakung.
Saya butuh banget ke acara Doctoral Presentation Paper ke IPB. Saya bahkan belum selesai sidang skripsi saat itu ( *itu baru studi ekskursi* ) dan acara selevel itu tidak menjadi yang satu-satunya: saya berulang kali ikutan.
Wulan meletakkan “bar” yang terlalu ketinggian untuk saya. Will forever be indebted to Wulan.
Seorang teman SD, dan mantan supermodel tersenyum amat lebar ngeliat foto Wulan. Tapi saya bilang “tapi dia ga model kayak kamu, but I love her”. “Aku kapok naksir model, dan aku merasa cukup banget dengan Wulan, mungkin masih terlalu ketinggian (standar Wulan dibanding standarku), Nab”.
Di tengah viralnya The Sinathryas video, cuma sekitar 2 jam sebelum Wulan ultah, karena Wulan jelas ga setinggi teman SD saya ini yang supermodel (187+ cm), saya yakin bisa ngegendong Wulan seperti halnya Darius ke Donna. #gakgituPrada 😔😔😔
(How much cost, dollar to acquire, privatized Wulan #gakgituPrada )
Saya cuma tahu satu laki-laki yang mencintai Wulan saat dia kuliah. Memang bizzare momen, sudah kuceritakan disubstack lain, bahwa karena saya berusaha adil memberi kado, saya nungguin Wulan sampai jam 1 pagi (dan ga kunjung diambil—udah tidur beneran ternyata).
Tapi saya ga yakin apakah momen di Udan Mas itu membentuk di “gut” Wulan, di benak, di otak kecil dirinya, tentang seberapa tinggi “bar” yang saya bangun. Saya ga punya kesempatan mencintai (berapa tahun itu ya??? sekitar mungkin) 6-7 tahun tanpa jeda sejak kuliah seperti laki-laki tersebut. Atau kebalik: apapun yang terjadi di Udan Mas, atau Mas Kobis, atau 20 April 2020, enah membentuk “bar” seperti apa bagi laki-laki lain: bahwa ada laki-laki cacat yang mencintai Wulan dan sabar menunggu Wulan dan sabar menghadapi Wulan ( *termasuk hewan-hewan buas peliharaan Wulan berwujud manusia* ) .
Tapi tentu saja, saya admit banget-banget: kita ga pernah tahu per kita sendiri dianggap “bar” setinggi atau serendah apa dimata orang lain. Saya tidak akan tahu bagaimana Wulan menjadikan saya bar seperti (& setinggi, serenndah) apa. Tapi…..
Seorang laki-laki yang menikmati badan pelacur menteri dan kyai (atau lebih banyak lagi–entahlah), kubiarkan mengikuti akun saya, DM ke saya. saya cuma lihat notif biru dan ga mau saya baca. Batin saya “Akhirnya nyerah juga sama kelakuan pelacur berjilbab itu”. saya pernah bilang ke teman-temannya, kru, puluhan orang (/ratusan???) yang selalu melindungi pelacur itu “kelak kalian akan tahu bangkai seperti apa pelacur ini, dan kelak ada laki-laki yang terpaksa menghubungi saya kalau dia ga sanggup menghadapi bejatnya pelacur jilbaban ini”. Denyut luka kegagalan menikah di Istiqlal (booked), then, menyadari kelakuan pelacur ini, masih terus-menerus mengalir melukai benak saya, sampai hari ini, hari ultah Wulan.
Saya juga pernah diteror penyanyi (tapi ga super terkenal kayak Tulus atau Pamungkas, tapi lumayan terdengar) cuma karena suatu proyek ahensi dengan seorang yang (baru saya sadari) pacarnya temennya. Mengira saya ngedeketin.
(Ku pernah, berulang, di tiap 2 Agustus, masak sekantor, tuk sarapan-makan siang-makan sore-malam tuk tim yang lembur, & still deal dengan Tim di luar negeri tektokan agreement. Salah satu tahun bahkan mencapai 120 orang karena ga lagi pergi ke klien semuanya. Dan kucuci sendirian, meminta OB tidak nolongin. Dan nunggu sampai jam 11 malam baru pulang, tuk selebrasi syukur. Berulang, bertahun2. Ku ga mungkin biarin Wulan cuma makan sereal doang, kumasakin dong😔😔😔😔😢😢😢. Even, kalau dapur udah bersih banget tengah malam, Wulan minta dimasakin digorengin apalaccchh, gue masakin dan bersihin lagi dapur. Ta….. Tapi kan😔😔😔😢😢)
Jadi, harusnya….saya dimaki atau diteror seorang (/ dua orang, atau tiga, atau berapa kek) setidaknya 2013-hari ini. Hari ultah ke ****** Wulan per 2022. Tapi saya ga pernah diteror orang yang sanggup mengaku lelaki/tunangan/calon suami Wulan.
Saya berharap diteror laki-laki itu.
Tapi ya sama saja, gangguan selalu dari ratusan hewan-hewan HI. entah di semua akun medsos saya atau di substack saya ini. Saya haqul yakin hewan-hewan ini berburu kolom komen. (Ps: already happening hewan2 sampah masyarakat HI di kolom, gampang bukan lihat contoh lulusan HI yang sampah).
(this is why I love substack—— termasuk mudah perlihatkan hewan-hewan di kolom)
Saya sungguh-sungguh ga pernah diteror “pacar Wulan” (jika pun ada). Dan saya ga pernah takut, lha saya pernah sengaja dibunuh ditabrak. Berulang kali. Tengah malam pun.
(Am I violated a law if I choose Wulan {had to living at Denmark} over choose Danish cookies? #gakgituprada 😔😔😔😢😢😢)
Dalam standar (setidaknya karena) sudah 4 tahun bersama berkuliah, mungkin Wulan ga akan pernah dan ga bisa kaget dengan cara planning saya (dalam meng-kado, siapapun). “Di lobi kosan gue aja bisa sesabar kayak gitu” mungkin di benak Wulan. “Bar” nya saya tingkatkan 20 April 2020. dan lebih tinggi lagi tahun ini. Bahkan mungkin “Wulan tidak cukup kaget” tahun ini, tapi (mungkin) orangtuanya yang kaget.
(*saya gabisa berharap dan ga sanggup berharap Mrs Prada itu Wulan. long time ago, start after melia purosani-mas kobis moment, saya mendoakan Wulan tuk laki-laki yang entah siapa, berdoa bertahun-tahun)
Sebetulnya sudah di twit seseorang sejak 4 hari lalu. Viral lebih duluan di TikTok (13,1 juta views), lalu diposting di Twitter. Tapi makin viral setidaknya 7 jam sebelum Wulan ulang tahun 00.00. Pengusaha makmur di Bandung, tentang keramik handmade, kehilangan istrinya yang wafat. Saya meyakini usia si suami dan almarhumah istrinya jauh lebih tua dibanding Wulan dan apalagi saya.
Meski kebuntuan itu ga kunjung hilang, mungkin ga akan pernah hilang, “entah apa maksud dunia tentang ujung cerita” kalau kata Tulus, antara saya dan Wulan, saya mendapat kado balasan yang baik, ditengah segala kesulitan apapun yang saya alami:
Wulan sehat. Wulan sudah menerima kado itu langsung, bahkan menandatangani langsung.
(selain nyokap dan adik, bagi saya) Wulan sehat adalah kebahagiaan saya. Saya juga senang mama papanya Wulan sehat. Saya ga kebayang Wulan wafat.
Kalau Tulus pakai analogi (video clipnya baru 9 hari ya Allah, artinya saat saya bungkus kado ke Wulan) Asam dan Garam, Wulan adalah Gula Jawa (& bukan karena dia 200% Jawa-----*please reminder you’re diabetic ya Prada, ga boleh kemanisan). “Kasih sayangmu membekas” meski cuma nganter ke stasiun, dan segala hal di Bulaksumur.
Hampir 15 tahun, meski saya berada / menyadari hidup ditengah nama-nama wanita yang banyak (dibanding sedikit nama-nama lelaki yang hidup di hati Wulan), “bar” bernama Wulan pelan-pelan semakin tinggi. Setelah dihantui “bar” yang ketinggian bernama Wulan bertahun-tahun…. mungkin Wulan menyadari, dan siapapun laki-laki lain, ada (benar-benar) “bar” bernama Prada. Standar bagaimana Wulan memilih laki-laki, meski mungkin Wulan memakai “bar” standard laki-laki (mantannya) yang lain. Entah kapan “dua bar” ini saling benar-benar mencintai satu sama lain.
I love and pray to you. Selamat hari kartini besok, dan selamat ulang tahun, Wulan. Tanti Auguri, Nafisah Ratanti Wulandari.
*I just feeling to restart again for stunning gift 2023, prepare 1 year, just in case something upset, worst must be avoided
*this substack actually started typing at 11.56 pm April 19th in near harbour, amid waiting Wulandari to wake up (with re-edit typo). Hopefully she really get a sahoor in her birthday, not like just getting “ngumpulin nyawa” at 4.30 am. Last time I was waiting her birthday in Udan Mas, maybe she just woke up at 4.*
Kamu pasang foto Wulan tanpa ijin gini gak malu prad??