Tidak Ada Pejabat Pajak Amerika Sekaya 56 Miliar, Pamer Harley, & Bikin Anak Orang Jadi Koma. Hanya NKRI
Kalau dianggap secara general “PAJAK”, yang artinya Jalan Gatot Subroto Jakarta dan sebelahan persis dengan kantor BKPM / Investasi, artinya Mas Jowi, kami mengenalnya Jowi, atau nama satu kata yang sering dipakai agar lebih formal “JONATHAN”, atau (menurut laporan polisi, dokumen resmi) tertulis Muhammad Rustam Hatala, balik lagi, Mas Jowi tinggal nelpon teman dekatnya yang pengacara, yang kebetulan gedung nya seingat saya di The Tower, seberang Pajak dan seberang BKPM. Namanya Ammar Gill. Kecuali kantornya udah pindah lagi. Saya ingat betul Ammar Gill (pengacara, punya kantor sendiri) pernah tulis di twit, “beda banget emang gedung singapur di Jakarta”, means, The Tower ini yang bangun dan kemudian pengelolanya under Singapore, dan memang sangat wah.
Saya malas gugling macem-macem karena malas doxing siapa-siapa. Jadi saya sering sekali menulis tanpa gugling apapun. Murni ingatan sekelebat atas ucapan atau tulisan orang lain.
Tapi kalau kantor pajak atas pegawai high ranking yang lagi ramai 48 jam terakhir ternyata kantornya lebih spesifik, saya malas gugling kantornya dimana karena malas doxing.
Diberitakan RAFAEL, demikian nama ditulis dalam berita, harta sesinting 56 miliar (atau 560 miliar kaliiik, katanya ada yang ga dilaporkan ke LHKPN), mengurus perpajakan yang terkait investasi. Ga fair banget memang. Saya ga yakin IRS (perpajakan Amerika) ada staf nya yang punya kekayaan 56 miliar rupiah (sekitar 4 juta dollar). Sementara kebetulan (jika tanpa gugling), kantor BKPM/Investasi dan kantor pusat pajak bersebelahan. Sederet LIPI (kini BRIN), Plaza Mandiri, dll.
Mas Jowi pernah hidup amat susah, brutal. Kalau seingat saya berulang kali ketemu (terakhir kali ketemu, sayangnya, saat penutupan Asian Games 2018 — terima kasih tiketnya, Mas), dia berjarak 25-30 tahun dari saya. Karena dia pun sudah punya anak ABG (yang dianiaya, kabarnya sampai/sempat KOMA) oleh anaknya RAFAEL dimaksud. Pokoknya pedih banget hidupnya, nelangsa. Jadi kalau dia kini bisa punya akses bukan hanya ke NU, bukan hanya lingkaran Istana atau dekat Jokowi, ya bukan tiba-tiba. Dia dari nol. Jowi dekat Jokowi. Klop bukan, jadi bajer.
Slengean, tentu saja. Saya pernah berulang kali di lingkar dekat tim Jokowi tuk misi yang “tidak bisa disebutkan”, 0 rupiah, alih-alih, saya harus mbayari. Jika mau, saya bisa sebetulnya ikut antri berfoto satu-satu dengan Jokowi di Istana Negara, bersama ratusan lainnya. Tapi ribet lah, saat itu saya sedang fokus dengan perempuan. Tiket Pembukaan Asian Games, dikasih. Tapi saya ga bisa ambil karena sedang keperluan dengan “perempuan”, bahkan meski saya bisa saja minta tiket pembukaan sekalian dua, tuk saya dan perempuan itu. Akhirnya saya ambil gratisan yang penutupan Asian Games. Saya cuma sekali foto dengan Jokowi di tempat rahasia.
Saya ingat betul karena saya pun ikut acaranya. Anda mungkin pernah lihat Jokowi, bisa jadi tuk pertama kalinya touring motor, dimana ada warga telanjang dada, ingin bersalaman padahal Jokowi sedang mengendarai motor. Saking bahayanya (kan tangan Jokowi masih megang stang motor tho ya, sempat dilerai - disuruh minggir warga dimaksud karena, ya, membahayakan Presiden. Idenya lebih ke memang pencitraan Jokowi jelang pilpres 2019, tapi pakai motor. Dan ke area wisata yang masih belum terolah, belum dimaksimalkan. Jokowi istirahat bersama ratusan pengendara Harley - MoGe - Motor Modif di suatu saung/ resto menghadap pantai yang amat indah, saat 5 tahun lalu masih “perawan” pantainya. Bisa dikata lebih indah dibanding Mandalika.
Mas Jowi terlibat cukup signifikan untuk acara touring-campaign itu. Motor besar, iya, motor-motor modif termasuk harley.
Hingga akhirnya Mas Jowi terlibat lagi dalam hal Harley. Anaknya digebuk seorang anak yang suka ber-Harley ria. Apes banget. Allah SWT memang bercandanya sedemikian tragis. Astaghfirullah.
Semoga anaknya Mas Jowi sembuh,
LEPAS YANG DILEPAS
Makian (terhadap) kelakuan orang kaya sebegitu keras, seperti biasa, tiap kali kelakuan snob, angkuh, kelakuan hewani orang-orang kaya.
Saya selalu ingat cerita lama ini, meski selama puluhan tahun saya ga nemu rumah (eks miliarder) dimaksud. Alkisah:
Konon suami istri punya rumah super besar dan mobil plat-nya pun berderet-deret, plat ya. Bukan cuma mobilnya, tapi nomor platnya. Entah cobaan apa dari Allah SWT, itu kekayaan lenyap aja. Kemudian si istri cuma dan dia benar-benar tabah, cuma jualan onde-onde karena memang (saat masih super kaya) jago bikin kue.
Mungkin itu kali ya harta yang ga berkah, atau, seperti satpam kompleks perumahan, “Berkah ga berkah, Allah mau ambil, diambil koq harta, kan titipan.”
Saya udah melepas (kemungkinan harta ga berkah itu sejak sedekade lalu. Entahlah, sampai sekarang masih terngiang makian, saat saya baru saja duduk ke rumah seorang bibi, saya masih elum benar-benar menaruh tas ransel 16 kilogram dilepas dari pundak, dimaki “Kamu ga seberguna adikmu, mau jadi apa kamu usia segini"
Gaji tertinggi se NKRI ternyata bukan Gub BI tapi orang pajak. Tanpa hitung swasta
117 juta sebulan.
Gue pernah diitung retainer $700 sejam meski 99.99 persen lari ke Kantor, ke Perpajakan, & klien. Nyaris ga lari duitnya ke aku
Tapi entahlah, gue ga tenang. Akhirnya ngelepas.
10 tahun lebih dimaki keluarga besar sampai dicaci dan dihina dijauhin keluarga besar. Gue nya ga tenang ambil itu. Mungkin seumur hidup ga pernah gue lupa tiap-tiap bagian keluarga besar yg maki2 gue.
"Yu ga seberguna adikmu, mau jadi apa kamu"
Setiap kali lihat makian netihen atas kelakuan blangsak anak pejabat kek ginian, gue berusaha bersyukur. Quran 2:152-153. Serta Quran 65:3
If door doesn't open, don't enter.
Tapi karena ga enter, 10 tahun lebih mendidih dicaci keluarga besar.
"Yu ga seberguna adikmu".
Saya mungkin akan meneruskan “Yu ga seberguna adikmu” ke keturunan saya terus-menerus agar waspada dengan keluarga besar sendiri.
Ga dapet harta. Ga dapet perempuan yang bikin saya ga sempet foto eksklusif di istana bareng Jokowi. Ya perempuan dan harta tersebut bukan “pintu” tuk saya artinya.