4 Hari lalu, seorang Minang, twitterati yang terkenal, sempat twit seperti ini (saya ga mau search lagi, menolak doxing, murni ingatan penglihatan saya):
“saya pernah menginap di apartemen warga Afghanistan yang hidup di Jakarta, saat saya mau buka puasa, ga ada yang proper karena mereka justru ga puasa dan malah minum wine. Bahkan saya hanya pakai kertas koran dan izin meminta suatu area di pojokan apartemen mereka untuk Salat.”
Afghanistan di Indonesia bukan hanya (pengungsi) yang ada di depan kantor UNHCR di Pasar Minggu, tapi ada juga yang hidup mewah di Indonesia.
44 or 45 minutes ago: around 6.45pm in Gaza, May 9th, 2023
36 or 37 minutes ago: around 7.55pm in Gaza, May 9th, 2023
*Khan Younis in souther Gaza Strip
*19 died between 3 am Palestinian-local time - 5 pm local time, May 9th, 2023.
(15+4, so far casualties because “Shield & Arrow Operation”)
Baik pihak Kedutaan Besar Palestina di Indonesia, yang berkata “Indonesia tidak perlu sampai memboikot Israel”, dan pihak Kemepora/Council of Youth & Palestina, sama-sama orang Fatah.
Saya kebetulan memang menulis skripsi tentang Palestina. 200+ halaman, dan mungkin tidak pernah lagi ada yang menandingi ketebalan karena sekitar 9 tahun lalu kayaknya, iseng ke kantor jurusan saya (HI UGM), aturan ketebalan skripsi dibatasi. Saya ingin sekali pakai bahasa Inggris semuanya, tapi keduluan senior saya dan akhirnya tetap bahasa Indonesia karena “udah terlanjur pegel ngetik yang versi Indonesia.”
Matt Duss: mantan penasihat luar negeri untuk Bernie Sanders. Bernie, Senator Vermont, adalah warga Amerika paling ditakuti Israel secara power politik yang dia punya, hampir jadi nominee Capres Demokrat (& jika sehat, mungkin mencapreskan diri lagi di 2024). Sanders adalah YAHUDI
Muhammad Al-Asibi adalah Palestina ke-27 yang dibunuh Israel dalam 1-31 Maret 2023. 1 Januari 2023 - 31 Maret 2023, dibunuh Israel: 93 Palestina
Pada suatu momen, saya dijelaskan bahwa seperti halnya keanekaragaman warga Indonesia di luar negeri, kita tidak bisa melihat secara homogen masyarakat negara lain di Indonesia. Dalam proses bimbingan, saya dijelaskan adanya kerumitan antara kubu FATAH dan HAMAS membuat perwakilan diplomatik Palestina bisa berbeda level sensitivitasnya dalam hal isu Israel-Palestina dan (UTAMANYA) isu boikot. Saya sederhanakan (*tanpa harus dijelaskan 200+ halaman), adanya kecenderungan bhwa Palestina yang berkiblat-afiliatif pada HAMAS jauh lebih memuji siapapun yang bersedia memboikot Israel. FATAH, cenderung lebih lunak. Pos Diplomatik Palestina untuk Indonesia, setahu saya, sejak lama adalah orang FATAH.
(*Mary Lou MacDonald. secara power politik,gabungan antara Jokowi dan Megawati karena dia beneran Ketua Partai dan ruling party di Irlandia. Irlandia puluhan tahun setia membela Palestina, jauh lebih masif dibanding Indonesia. Mary seumur2 pakai Twitter selalu pakai foto bendera Palestina. Dia bukan Muslim)
Saya hanya ingin memberi pembanding yang bahkan baru saja terjadi: Semacam Ikatan Keprotokoleran Israel, disaat genting demo masif terhadap PM Netanyahu, meminta semua korps diplomatik mogok. Faktanya: tidak semua bersedia mogok. Hal ini lekat dengan bagaimana, seburuk apapun Netanyahu, ada berbagai pos diplomasi Israel yang berhutang budi pada Netanyahu. Sebagai warlord keji bagi Palestina ditengah Israel, mitos dan daya pengaruh Netanyahu lebih besar dibanding Luhut di NKRI harga mati.
Hal sama pula saat Trump. Menikmati 8 tahun di era Obama, tiba-tiba Trump jadi Presiden. Trump setidaknya punya dua Menlu pula dalam (hanya) 4 tahun jabatannya: Rex Tillerson (pebisnis minyak) dan Mike Pompeo (analis, ultra konservatif). Berbagai pejabat karir yang terlanjur bukan cuma “amat Obama dan amat Demokrat” memilih mundur. Beberapa pejabat krusial ini kemudian dipekerjakan ulang setelah Biden menjadi Presiden.
Hal sama pula terkait Afghanistan: adanya polarisasi pos diplomatik yang “pro taliban” dan “anti Taliban”, terlebih di masa krusial Agustus-September 2021, saat keseluruhan Koalisi Barat terusir dari Afghanistan.
Jika anda yang awam Israel-Palestina akan sulit menemukan “memang beneran warga Palestina suka dengan kebijakan Indonesia yang boikot Israel”, ya, anda mungkin aka sulit mencarinya. Tapi saya dengan gampang menemukan pujian dari warga Palestina dan bahkan warga Yahudi (bisa Israel, bisa non Israel tapi Yahudi) yang memuji langkah Indonesia.
Indonesia juga pernah mengorbankan Piala Dunia 1958, karena Soekarno enggan Timnas Indonesia harus melawan Israel.
Kenapa sih Indonesia lebih rumit dan menjadi kolot, atau, menurut akun Malaysia “(Indonesia) negeri tolol dan terbelakang”? Karena sampai 2023 ini populasi muslim terbesar di dunia adalah Indonesia. Benar, proyeksi menyebutkan bahwa (MUNGKIN) 2060 atau 2070 (atau lebih cepat), jumlah Muslim India dan Muslim Nigeria akan lebih banyak dibanding Muslim Indonesia. Tapi 2023, hari ini, masih Indonesia.
Turki, 82 juta jiwa, dikurangi sekitar 45k warga kebangsaan Turki yang wafat karena gempa (innalillah, alfatihah —- 5k warga lainnya yang meninggal di Turki karena gempa adalah campuran lintas warga negara), tidak memiliki beban seperti Indonesia. Semua negara mayoritas muslim manapun tidak memiliki beban persis seperti Indonesia.
Miko Peled, aktivis Israel, mantan atlet, dan benar-benar cucu pendiri Israel (kalau di Indonesia selevel cucu dari penandatangan Piagam Jakarta) menyatakan, ditengah meluasnay negara-megara mayoritas Muslim melunak pada Israel, harapan mengatakn “TIDAK” benar-benar dibebankan Indonesia: karena kita terbesar Muslim.
Saya malas dalam debat “toh Palestina belum merdeka pada 1945, kenapa dibesar-besarkan blablabla”. Bukan, anda kehilangan konteks isu boikot, sayang. 255 Pengusaha YAHUDI TULEN, mengancam memboikot Israel jika Netanyahu nekad melakukan overhaul, perubahan total, skema judisial di Israel.
Salah satu hal menarik dalam hal boikot Israel adalah apa yang dialami Maroko.
Anda mungkin melihat bahwa Qatar, tuan rumah Piala Dunia 2022, dengan sengaja, pemerintah dan warganya, memberikan pujian pada Palestina, yang memang tidak masuk/tidak lolos Piala Dunia. Bendera Palestina dengan mudah dikibarkan pihak Qatar. APALAGI (dikibarkan) warga Timur Tengah negara manapun dan warga Afrika Utara manapun yang kebetulan di Qatar.
Kemudian muncullah kejutan Maroko yang bisa mencapai babak semifinal. Padahal, baju, atau khususnya, apparel untuk Timnas Maroko, itu PUMA. PUMA juga mensponsori Timnas Israel. Dan boikot atas PUMA sudah dilakukan jauh sebelum Piala Dunia Qatar 2022. Maka mereka, warga Timur Tengah, yang begitu bangga atas laju Maroko, pasti juga bingung “haduh, iya juga ya seragam Maroko kan Puma.”
Sebelum Israel disponsori PUMA, setidaknya sampai 2014, disponsori adidas. adidas sengaja menghentikan, kebetulan sekali, hanya berselang beberapa pekan setelah Israel menyerbu Gaza (2014). Jauh sebelum sensitivitas Kanye West, adidas sudah pernah menjalani-menghadapi peliknya melepas klien atau duta iklan. Daripada menghadapi backclash, adidas melepas kontrak dengan Israel. Sama seperti 2022, saat adidas juga memutus kontrak dengan timnas Rusia karena menginvasi Ukraina. Tentu saja diplomat paling nyinyir masalah plin-plan / pilih kasih boikot Rusia dan boikot Israel, yang sama-sama mengerikan membunuhi (Rusia bunuh Ukraina, Israel bunuh Palestine) adalah diplomat China.
(*karena Manchester City salah satu tim level elit disponsori PUMA, mumpung laga besar City vs Liverpool, PUMA umumkan putus kontrak dengan Israel. Tidak jelas baju Israel di Piala Dunia U20 akan jersey apa)
Saya yakin Ganjar Pranowo, fans Manchester United, tahu bahwa Glazer, sampai detik ini masih pemilik MU, adalah Yahudi Amerika. Saya yakin Koster tahu banget kalau Nas Daily, celeb-content yang diajak Sandiaga Uno mempromosikan Bali, adalah Yahudi.
Dalam 24 jam setelah pengumuman dari Nyon kantor FIFA (jam 4 sore, kemarin), segala ucapan elit PDIP merujuk betul suatu polarisasi yang saya duga sejak saya menulis “BUBBLE BERNAMA PDIP” >>> sikap Ganjar dan Koster murni garis komando sentralistik Megawati. Saya tulis sekali lagi: andai tidak ada pembantaian PKI di Madiun pada 1948 dan segala kekacauan-sabotase apapun pada 1948, saya yakin 3000% bahwa Soekarno akan kirim senjata ke Palestina dan melakukan segala cara agar Israel tidak merdeka pada 1948,
Sekali lagi, saya tulis: PDIP saat ini, dengan segala perpecahan kubu politik manapun/outside PDIP, bisa membuat siapapun, orang ga dikenal, bukan Ganjar, bukan Puan, bisa jadi Presiden 2024-2029 karena sebegitu masif kesesuaian top-down perintah Mega ke bawah.
Apakah siapapun yang kini bilang “brengsek yu Ganjar, yu ga bakal gue pilih”, memang benar-benar akan pilih jauh-jauh hari jika ganjar jadi capres?
Tantangan mungkin pasca kemelut/polemik batalnya Indonesia menjadi tuan rumah, adalah, berbagai surveyor/lembaga survei politik, (apakah) bisa menemukan “hampir akurat” memang sebanyak apa sebetulnya potensi pemilih Ganjar “tanpa ada kaitan Piala Dunia”, dan bagaimana mengukur potensi suara Ganjar, jika dia dicapreskan dari PDIP, dengan segala “gondok, benci dll” pada ganjar dianggap penyebab kegagalan Indonesia jadi tuan rumah.
Tapi kunci polemik (dugaan komando Megawati yang bodo amat/pokoknya menolak israel), tentu saja ada pada Jokowi: baru 3 pekan lalu Jokowi, memberi sinyal istimewa, untuk pasangan “win-win PASTI win” Prabowo-Ganjar di tengah panen padi.